Renungan 06 September 2021, Efesus 5:8
Ibadah pagi STB HKBP, 06 September 2021
Saudara/i yang dikasihi Yesus Kristus, Ibu-Bapak dosen, Ibu-Bapak tenaga pendidikan, seluruh mahasiswi STB HKBP, di minggu awal September ini, Firman Tuhan menyapa kita berdasarkan kitab Efesus 5: 8 : Memang dahulu kamu adalah kegelapan tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.
Setiap orang, membutuhkan terang bukan? Cobalah membayangkan saat kita berada di dalam Gua yang gelap tentu kita mencari terang atau celah cahaya untuk menuntun arah langkah kita. Atau saat listrik padam di malam hari, tentu secara refleks kita berpikir untuk menghidupkan senter yang ada di HP kita atau juga mencari korek (api) dan lilin untuk menerangi kegelapan.
Berada di dalam gelap atau kegelapan dapat membuat seseorang takut dan berada dalam bahaya. Aktivitas bisa terganggu, tidak dapat melakukan apa-apa, bahkan gelap dapat membuat seseorang bisa tersandung dan mencelakai diri.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus bahwa status mereka dahulu (masa lampau) adalah kegelapan, belum mengenal Kristus. Hidup yang demikian berada dalam kebinasaan, kesia-sian, kedegilan hati, hawa nafsu, keserakahan, amarah, perkataan kotor, penyembahan berhala. Hal-hal tersebut tidak mendapat bagian di dalam kerajaan Allah (lih. Efesus 4)
Akan tetapi ini nih, sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan (masa kini & masa depan). Masa depan yang mengarah ke masa kini. Dahulu (masa lampau) darinya kita belajar memahami apa yang mestinya dihindari, dirubah ke arah yang lebih baik ke masa kini. Ada sebuah proses yakni perubahan.
Seumpama ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Sebuah proses yang mengubahkan bentuk, karakter, dan kehidupan berikutnya. Demikianlah hidup orang percaya yang telah ditebus oleh Yesus Kristus mengalami perubahan disebut metanoia (Yunani) yang berarti perubahan pola pikir dan cara hidup ke arah yang lebih baik atau pertobatan.
Disini Rasul Paulus tidak sekedar meyebutkan perubahan identitas dari yang dahulu kini ke sekarang. Bukan soal perpindahan dari gelap ke terang. Lebih dari itu ia hendak menegaskan konsekuensi atas identitas baru yang telah diberikan. Di pasal 4: 28-32: Paulus mengatakan “hendaklah orang yang mencuri, jangan lagi mencuri, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar yang keluar dari mulut tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang i terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
Bagaimana hidup sebagai anak-anak terang. Konkritnya seperti apa? Menyimpulkan penegasan rasul Paulus di atas, pasal 5 disebutkan kembali buah hidup anak-anak terang adalah hidup dalam kebaikan, keadilan dan kebenaran. Dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 9&10).
Saudara yang dikasihi Kristus, jadi jika seseorang mengaku hidupnya di dalam terang tetapi tidak berbuahkan kebaikan, maka itu belum hidup dalam terang. Lalu, dua hal selanjutnya, mengaku hidup sebagai anak terang namun tidak melakukan keadilan dan kebenaran, sesungguhnya juga tidak sedang berada di dalam terang. Sebab orang yang berada dalam terang tidak mungkin jauh dari kebaikan, melakukan tindakan yang tidak adil, dan menutupi kebenaran. Jika masih demikian bukankah masih berada dalam bayang-bayang kegelapan, belum berubah atau bertobat. Cepat atau lambat gelap dapat membuat kita tersandung dan mencelakai diri sendiri apalagi terhadap yang lain.
Firman hari ini tentu sudah pernah kita baca dan dengar, saat ini diingatkan kembali agar kita sadar bahwa kita adalah anak-anak terang. Maka hiduplah sebagai anak-anak terang. Hidup yang selalu terarah pada Terang Sejati yaitu Kristus yang memberi makna hidup. Menjadi bagian dalam kerajaan Allah berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran menurut bagian kita masing-masing sebagai mahasiswi, tenaga pendidik, dan dosen di Sekolah Tinggi Bibelvrouw HKBP.
Kristuslah yang menolong dan meneguhkan setiap kita melanjutkan Firman-Nya di dalam proses kehidupan ini . Amin
Sumber: Pdt. Jetti Lisatri Samosir