Renungan, 26 September 2022, 2 Korintus 4:14
2 Korintus 4:14
Karena kami tahu, bahwa Ia yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.
(Ala huboto hami: Naung pahehehon Tuhan Jesus i, paheheon ni I do nang hami raphon Jesus, jala pajongjongonNa do hami raphon hamu.)
Hidup!
Bapak/ibu, saudari yang kekasih di dalam Yesus Kristus! Nas ini berada dalam sebuah perikop yang berjudul “Harta rohani dalam bejana tanah”. Dalam khotbah Yesus di bukit, Yesus telah mengajarkan; agar jangan mengumpulkan harta di bumi, karena ngengat dan karat akan merusaknya dan pencuri akan mencurinya. Itu adalah harta dunia, yang pada kenyataannya tidak ada yang bisa menjamin kenyamanannya sehingga banyak orang yang berkonsentrasi menjaga kenyamanan hartanya itu, sebab di mana harta berada, di situ juga hati berada. Oleh karena itulah, Yesus melanjutkan pengajaran-Nya agar kiranya kita mengumpulkan harta di sorga, sebab kenyamanannya terjamin; ngengat dan karat tidak akan bisa merusaknya, dan pencuri pun tidak bisa mencurinya, dan itu adalah harta sorgawi atau harta rohani.
Apakah harta rohani itu? Dia adalah Yesus Kristus sendiri. Yesus Kristus telah ada di dalam kita dan kita ada di dalam Dia. Kita telah memiliki Yesus dan kita adalah milik-Nya. Kepemilikan ini telah kita warisi pada saat kita telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dalam Rom. 6:4-5 dikatakan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Demikianlah bahwa melalui baptisan yang telah kita terima masing-masing dinyatakan kepemilikan kita akan Kristus dan kepemilikan Kristus akan kita. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kita, Roh Kudus yang kita peroleh dari Allah, dan kita bukan milik kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita (bnd. 1 Kor. 6:19-20). Yesus Kristus berdiam di dalam tubuh ini, yakni tubuh yang bukan kita saja pemiliknya.
Bapak/ibu, saudari yang kekasih di dalam Yesus Kristus! Benar bahwa Yesus Kristus berdiam di dalam tubuh kita. Ada dua hal penting yang harus kita pahami dari pernyataan ini. Pertama; Dia yang adalah harta rohani kita berdiam di dalam bejana tanah yang adalah tubuh kita sendiri. Tubuh kita adalah bejana tanah, sehingga tidak yang bisa kita andalkan dari tubuh kita sendiri kecuali Yesus Kristus yang berdiam di dalam tubuh itu sendiri. Karenanya setiap orang harus menyadari kelemahan dan ketidakberdayaannya sehingga harus senantiasa memohon kekuatan Allah. Sebelum nas ini, Paulus menyatakan “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, dan bukan dari diri kami” (ay. 7). Ditindas namun tidak terjepit, kehabisan akal namun tidak putus asa, dianiaya namun tidak ditinggalkan sendiri, dihempaskan namun tidak binasa (bnd. ay. 8-9). Kedua; sebagai tubuh yang juga adalah milik Kristus, maka tubuh harus dipersembahkan kepada Kristus dengan cara melakukan apa yang berkenan di hadapan Kristus. Dalam pengakuan bahwa tubuhnya adalah milik Kristus, Paulus sekaligus menyadari panggilan pelayanannya. Dia menerima pelayanan oleh kemurahan Allah (4:1). Demikianlah Paulus dengan tiada henti-hentinya memberitakan injil Kristus, dengan tidak tawar hati. Dia memberitakan injil tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi. Baik atau tidak baik waktunya, dia tetap memberitakan injil Kristus.
Dalam setiap pelayanannya, Paulus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah (manulak angka na buni, angka sihailahononhon, ndang marangkal, jala ndang marlaok dibahen hata ni Debata, patud. ay. 2). Jika ada pelayan melayani untuk tujuan mencari keuntungan sehingga berlaku licik dan memalsukan firman Allah, namun Paulus tidak demikian. Dan bahkan jika ada tuduhan, fitnah terhadap Paulus berbuat demikian, dengan tegas Paulus menyatakan untuk menyerahkan dirinya dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah sebagai bukti kejujuran bahwa dia tidak berbuat demikian. Sebelum Paulus bertobat, kita tahu bahwa dia adalah orang-orang yang sangat disengani dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya karena keganasannya mengancam, menganiaya, dan membunuh pengikut Kristus. Dalam perilaku dan tindakannya seperti itu, tidak pernah diberitakan bahwa dia adalah orang berkekurangan, bahkan sebaliknya sangat “diuntungkan”. Namun demikian, pengenalan akan Kristus dinyatakannya justru lebih menguntungkan. Untuk itu Paulus menyatakan: Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya (Plp. 3:7-8).
Bapak/ibu, saudari yang kekasih di dalam Yesus Kristus! Sebagai umat percaya, yang telah dibaptis ke dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, kita semua adalah tubuh Kristus. Di dalam tubuh kita, Kristus berdiam, sehingga kita tidak bisa berbuat apapun tanpa Dia karena sesungguhnya tubuh kita sangat rapuh. Kekuatan kita hanya dari pada-Nya. Tubuh kita adalah milik Kristus, karenanya harus kita persembahkan kepada-Nya dengan cara melakukan apa yang berkenan di hadapan-Nya. Demikianlah jugalah kita menyatakan diri sebagai orang yang telah dibangkitkan bersama-sama dengan Yesus. Sebagai orang yang telah dibangkitkan bersama-sama dengan Yesus, harus bangkit untuk tugas pemberitaan injil, pelayanan sebagai pertanggungjawaban atas kebangkitan kita. Sebab sesungguhnya kita adalah surat Kristus, “tulisan Firman berjalan”, melalui kita Firman Tuhan akhirnya dapat, dikenal, dirasakan, dan dibaca oleh semua orang. Amin!
Sumber: Pdt. Tongam Sihombing, M.Th.