Renungan Pagi, Senin 14 Agustus 2023 Lukas 16: 10
Ev; Lukas 16: 10 Bacaan: Markus 7: 31-37
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?” (Lukas 16:10)
Tuhan Yesus dalam pengajaranNya agar yang mendengar dapat memahami tentang kerajaan Allah, Dia mengunakan berbagai metode, ada bentuk perumpamaan dan cerita dan ada bentuk nasehat. sebagaimana tentang ayat Firman yang kita baca dan menjadi renungan pagi, Firman ini bentuk didikan, ajaran dan nasihat tentang arti pentingnya kesetiaan dalam perkara-perkara kecil.
Secara umum, sekrang ini kita banyak mendapati bahwa manusia kurang peduli tentang atau bahkan mengabaikan kesetiaan dalam perkara-perkara kecil, saya tidak menghakimi apalagi atasanya tidak orang yg bersifat rewel, atau tidak orang besar atau orang biasa. Banyak orang cenderung peduli memfokuskan kesetiaan pada perkara-perkara besar dan spektakuler, wah. Seperti dibenak mengatakan perkara kecil gak apa-apa, istilanya gak nagruh.bisa ditutupi. Pada hal sering batu kecil yang membuat jatuh.
Dengan nats ini ada pengajaran atau nasihat Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus justru mengingatkan para murid-Nya, orang-orang Farisi dan orang banyak pada zaman itu, dan tentu juga kita pada zaman sekarang dan semua orang dari segala zaman. Agar hendaknya kita semua menguatkan kesetiaan kita kepada perkara-perkara kecil bukan pada perkara-perkara besar. Kesetiaan dimulai dari hal kecil. Dan sebab yang kita temui dalam oarng-orang sukses mengatakan nilai makna Kesetiaan adalah menunjukan kwalitas integritas pribadi kita. Dari krakter kesetiaan mereka dalam melakukan kejaan dan tugas mereka dicari untuk diberi tangungjawab yang lebih besar lagi.
Sekaitan dengan itu agar lebih dalam lagi konteks kesetiaan yang di maksud Yesus dalam pengajaranya dalam Firman ini, ada baiknya kita baca dan perhatikan lebih dulu Firman Tuhan yang tercantum dalam Injil Lukas 16:10-12. Ayat ini mengungkapkan beberapa perihal tentang kesetiaan. Pertama, barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Kedua, jika kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapa yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya.
Pertama, barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Alkisah, Alkitab menyatakan bahwa pada saat itu, Tuhan Yesus memberi nasehat kepada para murid-Nya, orang-orang Farisi dan orang banyak pada zaman itu, hingga kepada kita pada masa kini dan kepada semua orang lintas generasi dan lintas zaman. Bahwasannya, barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, maka ia akan setia juga dalam perkara-perkara besar.
Semua kita menginginkan jadi orang setia dan mengharapkan menemukan orang yang setia/haposan. Meinginkan yang senantiasa dengan baik, lebih baik dan sangat baik bertanggung jawab pada hal-hal yang kecil atau sederhana, maka ia niscaya akan selalu dengan baik, lebih baik dan sangat baik untuk bertanggung jawab pada hal-hal yang besar dan kompleks.
dengan tegas Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa barang siapa tidak benar dalam melakukan perkara-perkara yang kecil, maka ia juga tidak akan benar dalam melakukan perkara-perkara besar. Barang siapa tidak bertanggung jawab melakukan suatu pekerjaan yang sederhana, maka ia juga tidak akan bertanggung jawab melakukan pekerjaan yang besar. Kesetiaan dalam melakukan/bertindak hingga selesai dengan sempurna, bisa dipertagungjawabkan dan terukur.
Kedua, hal kesetian dibutuhkan diaspek kehidupan sebagaimana pada ayat 11-12. jika kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapa yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya. Rekaman Firman Tuhan yang dicatat dalam Alkitab menuturkan kepada kita semua bahwa Tuhan Yesus kemudian memberi penjelasan tentang maksud dari perkataan-Nya. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa apabila mereka tidak setia dalam hal Mamon (hal dunia) yang tidak jujur, lantas siapakah yang akan mempercayakan kepada mereka dan kita mengenai harta kekayaan yang sesungguhnya?
Kemudian, jikalau mereka dan kita semua tidak peduli dan tidak setia terhadap harta orang lain, lalu siapakah yang akan menyerahkan harta kita sendiri kepada kita? Apabila kita tidak setia pada harta kekayaan keluarga dan kerabat kita, lantas siapa yang akan setia menjaga dan menyerahkan harta kekayaan kita?
Semua orang yang mendengar perkataan Tuhan Yesus itu, khususnya mereka dari orang-orang Farisi yang menjadi hamba-hamba uang itu, dan mereka para ahli Taurat, kemudian mencemoohkan Dia. Namun, Tuhan Yesus lalu berkata kepada mereka bahwa mereka membenarkan diri di hadapan orang. Akan tetapi Allah mengetahui hati mereka. Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa segala sesuatu yang dikagumi oleh manusia, dibenci oleh Allah.
Renugan: Pelajaran yang dapat kita petik
Sekarang, bagaimanakah dengan kita? Apakah kita telah senantiasa setia, lebih setia dan sangat setia dalam perkara-perkara kecil, maka kita juga akan setia, lebih setia dan sangat setia juga dalam perkara-perkara besar?
Apakah kita dan semua peribadi di antara kita sudah selalu dengan baik, lebih baik dan sangat baik bertanggungjawab pada hal-hal yang kecil atau sederhana, maka ia niscaya akan selalu dengan baik, lebih baik dan sangat baik untuk bertanggung jawab pada hal-hal yang besar dan kompleks?
Iman hidup kita dituntut untuk menjadi Hamba yang setia sebab berbahagialah kita yang sudah senantiasa setia, lebih setia dan sangat setia dalam perkara-perkara kecil, maka ia akan setia, lebih setia dan sangat setia juga dalam perkara-perkara besar. Karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Ajaib sudah lebih dahulu menunjukkan kasih setia-Nya kepada kita dengan berkelimpahan.
Karena Tuhan Allah kita sudah datang melawat, menyertai, menolong dan memberkati kita tepat pada waktu-Nya. Karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian hidup kekal yang penuh sukacita dan damai sejahtera dengan Allah Bapa yang bertakhta di sorga. Amen.
By: Bvr. Deliana Simanjuntak, SH,.MH