Renungan pagi, Senin 22 September 2025
Galatia 3:26: “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Kristus Yesus.”
IDENTITAS SEJATI DALAM KRISTUS
Shalom, sahabat Kristus.
Santrock seorang ahli psikologi perkembangan, menggambarkan tugas perkembangan psikologis setiap fase termasuk pencarian identitas. Pemikiran tersebut dapat menuntun kita sepanjang perjalanan kehidupan berulang kali bertanya dalam diri sendiri: “Siapakah aku?” Menurut pendapat beberapa peneliti bidang psikologi mengenai pembentukan identitas diri, mengungkapkan bahwa secara umum di Indonesia identitas diri mulai terlihat sejak seseorang memasuki tahapan remaja awal berusia 12 tahun dan selesai terbentuk pada usia 21 tahun.
Menilik ke dalam diri kita, setiap pribadi pasti memiliki identitas diri. Ada yang merasa berharga karena studinya (mahasiswa cum laude), jabatan atau pekerjaannya, ada pula yang bangga dengan latar belakang keluarganya, ada juga yang mencari pengakuan dari status sosial. Namun, Firman Tuhan mengajarkan bahwa identitas sejati kita tidak berasal dari dunia, melainkan dari Allah sendiri.
Hari ini kita belajar dari tiga bagian Firman: Galatia 3:26, Ayub 36:1-33, dan 1 Petrus 2:1–10. Dari ketiganya kita menemukan “benang merah” kebenaran besar, yaitu: Identitas Sejati Dalam Kristus. Identitas pertama kita adalah anak-anak Allah. Status ini bukan hasil usaha, pendidikan, atau prestasi kita, melainkan karena iman kepada Kristus (Roma 10:17, “iman timbul dari pendengaran,dan pendengaran oleh firman Kristus.”).
Dalam pelayanannya, Paulus menghadapi pembahasan yang sedang viral saat perkiraan tahun 40-an mengenai “Apakah iman kepada Yesus Kristus merupakan satu-satunya syarat dalam keselamatan? Ataukah ketaatan melaksanakan upacara dan peraturan Yahudi atau Hukum Taurat Musa diperlukan untuk memeroleh keselamatan dalam Kristus? Untuk itu Paulus mengirim surat ke Galatia. Melalui suratnya, Paulus mengajar jemaat mula-mula bahwa keselamatan dan menjadi anak Allah bukan karena melakukan peraturan tradisi ke-Yahudi-an, seperti sunat, dan lainnya di dalam kita Perjanjian Lama. Identitas menjadi anak Allah diterima oleh setiap orang percaya hanya oleh anugerah (Sola Gratia), seperti yang diajarkan oleh reformator gereja: Marthin Luther.
Korelasi ayat renungan hari ini dengan nas bacaan pagi kitab Ayub 36:1-33, Elihu mengingatkan tentang kebesaran dan keadilan Allah. Ia berkata bahwa Allah itu adil, berkuasa dan tidak bisa diselami sepenuhnya oleh manusia. Artinya, identitas kita bukan sekadar label “anak Allah,” tetapi juga pengakuan bahwa hidup kita ada di bawah kedaulatan-Nya. Tanpa ketaatan kepada Allah Tritunggal, identitas kita akan kehilangan makna.
Demikian juga hubungan pemaknaan pesan renungan hari ini dengan nas bacaan malam kitab 1 Petrus 2:1-10. Petrus mengingatkan bahwa jemaat diaspora (termasuk kita) adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia. Berarti kita adalah umat pilihan yang dipanggil untuk misi Allah Tritunggal. Tuhan Yesus menegaskan bahwa “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu tetap,..(Yohanes 15:16).
Sahabat Kristus.
Dunia sering menilai identitas seseorang dari pencapaian gelar kehormatan, gelar gerejawi, jabatan atau kekayaan harta benda. Namun, Allah melihat kita sebagai anak-anak-Nya dan Tuhan Yesus menegaskan bahwa berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9).
Setelah kita mengetahui dan yakin sebagai anak-anak Allah yang harus hidup di dalam ketaatan kepadaNya melebihi ketaatan terhadap yang lain, pemaknaan inilah yang menuntun setiap orang percaya untuk memiliki Identitas Sejati Dalam Kristus. Identitas tersebut tidak tercantum pada kartu identitas atau KTP tetapi terlihat dari perilaku menjaga integritas, hidup benar, setia dalam iman, melayani dengan rendah hati, tidak sombong atas pencapaian pribadi, pergi dan ikut ambil bagian dalam misi Allah mencari jiwa-jiwa yang terhilang serta menjadi saksi Kristus di tengah dunia, itulah buah yang tetap. Amin
Penyaji:
Bvr. Theresnaria Yuliatur Situmorang
NIDN: 2320077001
Dosen Psikologi-STB HKBP