Renungan Pagi, 30 Januari 2023 1Tawarikh 29:11
1Tawarikh 29:11
Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.
(Ai gok di Ho do ale Jahowa hatimbulon dohot hagogoon dohot hamuliaon dohot hatongamon dohot puji-pujian; gok di Ho tahe nang saluhut na di banua ginjang dohot na di tano on. Gok di Ho do ale Jahowa harajaon, jala dipatimbul Ho diriM di atas ni saluhut na marjujungan.
Bapak, ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus! Nas ini berada dalam sebuah perikop yang berjudul “Nyanyian Pujian Daud”. Raja Daud bernyanyi memuji Tuhan, bersyukur kepada Tuhan karena dia bersama umat Israel mampu memberikan persembahan kepada TUHAN dan diberi kesempatan atau dilayakkan untuk memberikan persembahan itu. Adapun persembahan yang mereka berikan itu adalah untuk pembangunan rumah TUHAN. Dari sejarah pemerintahan raja Daud, kita tahu bahwa Daud berkeinganan untuk membangun rumah TUHAN, namun melalui nabi Natan, TUHAN berfirman kepada Daud: “Bukanlah engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk didiami” (17:4). TUHAN dalam hal ini menolak rencana baik Daud, tidak menghendaki dan tidak menyukainya. Akan tetapi TUHAN menghendaki bahwa anaknyalah yang kelak membangun rumah TUHAN. Dalam hal ini TUHAN juga berfirman: “Apabila umurmu sudah genap untuk pergi mengikuti nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, salah seorang anakmu sendiri, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi-Ku dan Aku akan mengokohkan takhtanya untuk selama-lamanya” (17:11-12). Meskipun rencana baik Daud untuk mendirikan rumah TUHAN ditolak, namun Daud tidak patah hati dan semangatnya tidak kendor. Dengan segala daya dan upaya, Daud mempersiapkan bahan material untuk pembangunan rumah TUHAN kelak. Daud juga memotivasi umat Israel untuk menyumbangkan secara sukarela dari harta yang mereka miliki untuk penyediaan bahan material pembangunan rumah TUHAN (29:1-9).
Bapak, ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus! Dari segi kepemilikan harta, mereka banyak yang ‘mampu’ untuk itu, dan mereka mau/rela menyumbangkan sebagian dari apa yang mereka miliki. Ada banyak orang yang ‘mampu’ tetapi belum tentu mau dan rela. Ada juga orang yang ‘mampu’dan mau/rela namun Tuhan tidak menghendakinya, Tuhan tidak berkenan. Di sini, Daud dan umat Israel yang menyadari bahwa harta yang mereka peroleh adalah bersumber dari TUHAN, sehingga kemampuan yang mereka miliki adalah karena TUHAN memampukan. Mereka pun mau dengan suka rela menyumbangkan sebagian dari harta yang mereka miliki untuk penyediaan bahan material pembangunan rumah TUHAN nanti. Atas kemampuan dan kepemilikan yang TUHAN berikan dan perkenanan TUHAN atas kemauan dan kerelaan hati Daud bersama umat Israel, maka Daud pun sangat bersukacita. Oleh karena itu, Daud bernyanyi memuji Tuhan dan bersyukur kepada TUHAN, karena dia bersama dengan umat Israel ‘mampu’ dan diberi kesempatan memberi persembahan kepada TUHAN, dengan memberi sumbangan untuk pembangunan rumah TUHAN. Dalam ayat 13-14 dikatakan: Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepadaMu dan memuji namaMu yang agung itu. Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.
Ada ungkapan dalam bahasa Batak: “Hansit mulak manjalo, humansitan mulak mangalean”. Ungkapan ini mengandung makna bahwa; ketika kita meminta atau memohon sesuatu, namun permohonan kita ditolak, akan terasa sakit. Tetapi jauh lebih menyakitkan lagi, ketika dengan rela dan ikhlas kita memberikan sesuatu, namun pemberian kita ditolak. Karenanya kita harus bersukacita ketika pemberian kita diterima oleh seseorang, terlebih ketika kita memberikan persembahan kepada TUHAN dan persembahan kita itu diterima oleh TUHAN. Itu merupakan kesempatan berharga bagi kita. Persembahkanlah tubuhmu dengan sukarela sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada TUHAN, karena itu adalah ibadahmu yang sejati.
Bapak, ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus! Persembahan yang kita berikan dengan sukarela adalah atas dasar pengakuan bahwa apapun yang kita miliki adalah bersumber dari TUHAN. Harta, kuasa atau jabatan, pengetahuan, tenaga dan kesehatan, berserta seluruh hidup dan kehidupan kita bersumber dari TUHAN, sehingga haruslah juga kita persembahkan untuk kemuliaan-Nya. Nas ini adalah pengakuan Daud atas kebesaran, keagungan, dan kemuliaan TUHAN. Betapapun dia dihormati sebagai raja, memiliki kuasa yang besar, memiliki harta yang melimpah, namun dia tetap mengaku dan bersaksi bahwa hanya TUHA-lah yang layak dimuliakan. Dalam kehidupan kita sebagai orang Batak, meskipun sudah menjadi Kristen, hal ini sering menjadi masalah, terlebih dengan ungkapan yang masih melekat dalam kehidupan orang Batak: “Simbora gukguk, pissur otik, mamora hita luhut alai sumurung au otik”. Keunggulan atau kelebihan seseorang dari orang lain menjadi sangat penting. Menghalalkan segala cara agar memiliki nilai “lebih” dari orang lainpun akhirnya terjadi. Jika perilaku seperti ini semakin terbiasa (Batak: peam) dan akhirnya menjadi karakter, maka kelak pengakuan akan “keunggulan” TUHAN pun memudar. Akhirnya mensejajar dirinya dengan TUHAN atau mempertuhan dirinya sendiri. Hal inilah yang terjadi sejak manusia pertama, Adam dan Hawa. Ketika iblis akhirnya berkata kepada Hawa: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah…” (bnd. Kej. 3:4-5). Manusia (Adam dan Hawa) diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27). Sebagai gambar dan rupa Allah (Imago Dei), Allah bahkan membuat manusia itu hampir sama seperti Allah sendiri, humurang apala otik sian Debata (Mzm. 8:6), namun status itu bagi Adam dan Hawa tidak cukup, melainkan harus ‘menjadi seperti Allah’.
Bapak, ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus! Perilaku itulah yang dihindari oleh Daud. Dia senantiasa mengaku kebesaran, keagungan dan kemuliaan TUHAN, yang dari pada-Nya bersumber segala yang dimilikinya, bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi bersumber dari DIA. Hanya bagi DIA-lah segala pujian dan hormat. Hanya DIA-lah yang layak dibesarkan dan dimuliakan. Penghormatan kepada Allah yang datang dengan wujud manusia di dalam Yesus juga telah diperlihatkan Yohanes Pembaptis, penghormatan di atas segalanya termasuk di atas dirinya sendiri. Yohanes Pembaptis berkata: Ia (maksudnya Yesus) yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya (Mat. 3:11). Ini adalah pengakuan Yohanes akan keagungan dan kemuliaan Yesus. Demikianlah kita kiranya senantiasa memuliakan DIA dengan seluruh hidup dan kehidupan kita. Untuk hal itu, bagimu TUHAN telah menganugerahkan kemampuan dan TUHAN sedang memberi kesempatan bagimu. Lakukanlah! Amin.
PEndetatoNGAmSIHombing