Renungan 29 November 2021, Yesaya 40:3
Yesaya 40:3
Firman Tuhan yang menyapa kita di pagi hari ini tertulis dari Yesaya 40:3 : Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” jika kita menelusuri terjemahan aslinya maka tertulis demikian: suara yang memanggil (qol qore: infinitive aktif) di padang gurun persiapkan (panu: kata dasar piel bentuk perintah jamak maskulin) jalan TUHAN (derekh Yahweh) ratakan (yasaru : kata dasar piel bentuk perintah jamak maskulin) jalan di padang belantara (mesilla) untuk Allah kita (leelohenu).” Ini bentuk seruan yang di sampaikan oleh nabi yang kita sebut Yesaya ke 2 ketika bangsa Israel berada di pembuangan Babel karena sedang menjalani hukuman atau kita sebut saja bahasa teologisnya sedang mengalami proses pembentukan karakter, pendalaman kembali pengenalan umat terhadap Tuhan pencipta-Nya atau lebih tepatnya umat-Nya mengalami masa penggembalaan di negeri orang. Oleh karena itu, teks ini dikenal oleh kita sebagai umat Kristen adalah penghiburan untuk meneguhkan kepada umat-Nya dan sekaligus pengharapan akan ada sebuah pembaharuan sejarah. Sebagaimana tertulis kata derekh yahweh. Kuasa Yahweh terlihat ketika Dia membuka sebuah derekh untuk pergerakan sejarah, seperti yang dia lakukan dalam kasus Israel dalam eksodus dari Mesir (43:16,19; 51:10) dan pengiriman mesias, Kores (45:13; 48: 15). Secara khusus, Yahweh akan segera menyiapkan jalan raya yang indah melalui padang belantara dari Babel ke Palestina. Ini akan menjadi derekhnya sendiri pada saat kembali dari pembuangan. Orang Israel akan mengikutinya di jalan ini (Yes. 40:3; 42:16) dan akan meluaskannya ke segala arah untuk kembalinya orang Israel yang tercerai-berai (Yes. 49:911). derekh Yahweh di mana Yahweh akan memimpin Israel di mana orang-orang buangan akan kembali ke Palestina. Derekh Yahweh mencakup perintah-perintah Allah (misypat) yang membimbing umat-Nya untuk keselamatan sebuah bangsa (Yes. 48:17-19). Padang gurun adalah simbol tempat penggembalaan sebagaimana bangsa Israel ketika mereka memasuki ke tanah Kanaan dari Mesir. Padang gurun menjadi tempat penggembalaan umat menuju tanah perjanjian. Akan tetapi di sisi lain midbar ini mengingatkan Tradisi padang gurun yang terpelihara dan “Mereka pergi ke padang gurun , untuk dilahirkan kembali sebagai Israel Baru.” pemahaman mereka tentang retret mereka sendiri ke padang pasir sebagai tahap sementara dan persiapan dalam pengalaman kembali dari pembuangan dan pembentukan masa depan yang diperbarui di tanah itu, yang didirikan di atas “Perjanjian Baru” yang Allah dirikan dengan “komunitas orang-orang kudus,” Pendirian kembali “Yerusalem baru” akan didahului oleh tahap pemurnian yang disusun berdasarkan model penggambaran Pernjian Lama tentang pengembaraan liar: “yang diyakini pengembaraan selama empat puluh tahun mereka [orang jahat ] akan tidak ada lagi dan tidak ada orang jahat yang akan ditemukan di bumi”. Sang nabi memahami peristiwa-peristiwa pascapembuangan sebagai refleksi dari pengalaman historis fundamental Israel: eksodus, padang gurun, penaklukan, meskipun dengan pergeseran penekanan permurnian bangsa.
Karena dengan penghancuran Bait Suci dan pembuangan Babilonia, Israel telah melewati tahap katarsis (mis. Yes 40:1f.; Yer. 3l:1ff.), perjalanan baru (tipologis) melalui padang pasir bisa dibebaskan dari aspek negatif “pemberontakan” dan kebutuhan pemurnian yang menyertainya, dan sebagai gantinya ada janji dan harapan kembali dari pembuangan Babel menuju Yerusalem yang baru. Midbar merupakan tempat pemurnian umat-Nya dalam persiapan untuk penaklukan tanah Kanaan. Penyebutan midbar merupakan sejarah dari perjalanan gurun Israel, dan disebutkan sebagai bentuk, yang paling signifikan, pemusnahan generasi gurun yang tidak percaya kepada keselamatan Tuhan (Ul. 9:23).
Kemudian untuk sebuah perjalanan kembali jalan yang rata di padang belantara menuju negeri perjanjian yakni Palestina Kanaan. Jika dikatakan padang belantara (daerah secara geografis belum tersentuh tangan manusia) maka bisa dibayangkan bagaimana banyak rintangan binatang buas, tumbuh2an liar dan sebagainya yang harus dihadapi umat Allah. Akan tetapi perjalanan itu milik Tuhan atau bersama dengan Tuhan di padang belantara jika umat-Nya selalu berpegang pada perintah-Nya, atau kembali ke tora yahweh adalah bentuk pemurnian umat-Nya maka perjalanan itu menjadi sebuah pengalaman rohani yang menyelamatkan bangsa dari kecelakaan, ketakutan atau pun kekhawatiran akibat yang dtimbulkan selama perjalanan di padang belantara yang penuh bahaya baik secara iklim yang berubah-ubah, dan keganasan alam .
Saudara-saudara terkasih! Perjanjian Baru melihat penggenapan ayat Yes 40:3 di dalam Yohanes Pembaptis — pendahulu Mesias (Mat 3:1-4; Mr 1:1-4; Luk 1:76-78; Yoh 1:23). Yohanes menjelaskan bahwa cara untuk mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan adalah melalui pertobatan (Mat 3:1-8). Demikian halnya dengan kita sekarang dalam memasuki minggu-minggu Advent/Tahun Baru gerejani dengan permenungan dan evaluasi diri, teks ini kembali bersuara Pemaknaan akan kedatangan Tuhan melalui pembaharuan hidup. Oleh karena itu, keadaan kita sekarang ketika menantikan kedatangan kristus adalah masa pemurnian dan sekaligus pemulihan. Pada masa Advent ini kita diingatkan bagaimana persiapan yang kita lakukan di minggu-minggu advent ini, Sebagaimana pesan yang disampaikan Nabi Yesaya pagi ini maka persiapan advent bukan perioritas disibukkan dengan ornamen-ornamen pohon natal, baju yang baru, sepatu yang baru, tas yang baru, rumah yang baru atau penampilan yang baru akan tetapi hati yang baru yang sudah dimurnikan dengan berpegang pada derekh yahweh. Roh Tuhan memurnikan hati kita dari segala kebencian, cemburu, ketamakan, amarah, pemberontakan, penindasan, kejahatan semua sifat yang Tuhan tidak perkenankan sebagaimana Rasul Paulus katakan dalam Galatia 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.indikasi hati yang sudah dimurnikan oleh roh Tuhan dan inilah aspek dari derekh yahweh. Sehingga kita memaknai minggu advent sebagai persiapan hati dalam menyambut kedatangan Kristus dengan sukacita dan damai sejahtera. Meski minggu-minggu ini dalam berkehidupan berkampus ini dimaknai sebuah tanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan, penyelesaian penelitian bagi dosen, akreditasi institusi yang menuntut, persiapan UAS, deadline skripsi dan tanggungjawab lainnya di tengah-tengah keluarga. Akan tetapi perlu kita tetap mempersiapkan jalan Tuhan (derekh Yahweh), dengan hidup benar dalam kemurnian hati tertuju pada pengajaran Firman Tuhan sehingga sukacita yang penuh dapat kita rasakan dalam minggu advent untuk menyambut kelahiran Kristus yang penuh kemuliaanNya.. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk melakukannya. Amin.
Sumber: Pdt. Yokan Bae Panjaitan, M.Th.