Renungan Senin 10 Oktober 2022, Titus 2:7
Titus 2:7
dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,..
Umumnya setiap orang memiliki sosok yang ia kagumi atau idolakan. Tak jarang seorang yang dikagumi atau diidolakan itu menjadi panutan. Bisa saja mereka adalah orangtua, teman, guru, artis, tokoh agama (pemimpin gereja), dan lainnya. “Adakah yang mengagumi Ibu Reni? 🙂 Ibu Darna? 🙂 Bapak dan Ibu dosen? Bapak dan Ibu Tendik?” Ya, perasaan menggumi itu terjadi karena nilai-nilai baik yang kita temukan ada pada mereka.
Rasul Paulus menasihatkan Titus sebagai seorang pekabar Injil yang masih muda untuk menjadikan dirinya sebagai teladan. Pada pasal 1 telah disebutkan mengenai syarat-syarat bagi penatua, penilik jemaat. Syarat-syarat itulah yang dimiliki Titus sebagai penilik jemaat. Selanjutnya, menjadikan diri sendiri teladan dalam berbuat baik, jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaran.
Titus yang masih muda melakukan pelayanan kepada orang tua, pemuda dan hamba untuk menyampaikan pekabaran Injil. Ia dibentuk untuk mampu melakukan apa yang ia ajarkan, dan mengajarkan apa yang ia lakukan, serta jujur. Sikap yang demikianlah disebut berintegritas dan terhormat, dan itulah keteladanan.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, menemukan orang yang berintegritas dan terhormat adalah hal yang diharapkan. Minggu lalu kampus kita STB telah melaksanakan UTS. Lalu, saya mengawas UTS dibeberapa ruangan kelas, menarik bahwa ada ruangan kelas, di white board dituliskan: “jujur adalah tindakan yang membahagiakan.” Ini artinya bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang dirindukan atau diharapkan, seseorang yang melakukannya tentu mengagumkan. Dan seluruh proses perkuliahan, baik di Kampus maupun Asrama merupakan role bagi mahasiswa untuk dibentuk menjadi orang yang dapat teladani.
Proses pembentukan keteladanan, terkadang juga memerlukan ganjaran. Seperti pada pembacaan Alkitab Ibrani 12:4-11 “Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” Oleh karena itu, maulah untuk diproses, sama seperti Titus yang bersedia dibentuk oleh Rasul Paulus. Nilai-nilai yang ada pada Rasul Paulus adalah nilai-nilai yang bersumber pada Kristus. Maka, ketika Titus pun nantinya dikagumi oleh karena keteladanannya, itu berarti Titus sedang mempersaksikan Kristus dalam hidupnya.
Saudara, mestinya kita pun turut serta melakukan nasihat seperti yang dikatakan rasul Paulus kepada Titus. Berproses dalam berbuat baik, kejujuran dan sungguh-sungguh dalam pengajaran karena kita adalah anak-anak yang dididik Allah dalam kasih-Nya bukan sebagai anak-anak gampang.
Selamat bertumbuh dan menjadi teladan di dalam Tuhan bagi kita semuanya. Amin
Sumber : Pdt. Jetti Lisantri Samosir, M.Th.