Renungan, Senin 13 Februari 2023 1 Korintus 13:13
13 Februari 2023
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” 1 Korintus 13:13
Saudara yang terkasih dalam Kristus, Paulus menjelaskan dalam pasal 13:13 hal utama adalah kasih bukan karunia-karunia rohani. Sebagaimana pemahaman jemaat Korintus yang mengutamakan karunia rohani tertentu hingga melupakan prbuatan kasih kepada sesame. Mereka menyombongkan kedewasaan mereka, seolah-olah mereka telah mencapai tujuan iman (1 kor 2:6; 1 kor 4:8). Karena mereka mempunyai semua karunia roh, khususnya karunia berbahasa roh, jemaat korintus membanggakan dirinya sebagai sebagai orang yang paling rohani (1 kor 2:13-15). dan banyak persoalan lain di korintus, seperti pertikaian antara kelompok (1 kor 1:11-12), semangat untuk membalas dendam kepada orang lain persis seperti yang telah dilakukan kepada mereka (1 Kor 6:1-8), ketidak pedulian mereka terhadap saudara-saudara yang imanya lebih lemah (1 Kor 8:7-13; 1 kor 10:23-30), dan sikap apatis yang tidak mengenal malu terhadap anggota-anggota yang lebih miskin pada perjamuan-perjamuan kasih dan perjamuan Tuhan (1 kor 11:17-22). Paulus menandaskan bahwa kasih berada di atas karunia-karunia rohani. Tanpa kasih, semua karunia rohani tidak akan ada artinya (13:1-3). Semua karunia rohani akan berhenti, tetapi kasih akan selalu ada sampai kekekalan (13:8-12).
Pemunculan tiga kata benda di ayat ini – iman, pengharapan, dan kasih – dan jika dilihat dalam pasal 13 Kata “pengharapan” tidak muncul, namun kata “iman” sudah muncul di ayat 2b, tetapi “iman” di sana jelas mengarah pada karunia iman (bdk. 12:9a). Mengapa Paulus menyinggung tentang iman, pengharapan, dan kasih di ujung pembahasannya di pasal 13? Paulus sedang membandingkan tiga kata yang pertama yaitu “nubuat, bahasa roh, dan pengetahuan” (13:8-12) dengan tiga kata “iman, pengharapan, dan kasih” (13:13). Tiga yang pertama merujuk pada karunia-karunia rohani, sedangkan tiga yang berikutnya mengarah pada hal-hal yang esensial bagi kekristenan. Mengabungkan iman dan pengharapan, Paulus sedang memasukkan ide baru sebagai penekanan atau klimaks bagi seluruh pembahasan di pasal 13. Kasih bukan hanya sekedar lebih utama daripada karunia-karunia rohani. Melainkan Kasih lebih utama daripada hal-hal lain yang juga sama-sama esensial dalam kekristenan. Walaupun iman, pengharapan, dan kasih sangat berkaitan erat, ketiganya masih dapat dibedakan dari sisi kepentingan. Kasih tetap yang terbesar.
Ketidakterpisahan antara iman, pengharapan, dan kasih dapat dilihat dengan jelas dari fakta bahwa ketiganya berkali-kali muncul secara bersamaan dalam Perjanjian Baru (contoh, Ibrani 11:1 berkata: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Dari sini terlihat bahwa iman dan pengharapan mustahil untuk dipisahkan. Hubungan antara iman, pengharapan, dan kasih sangat kompleks. Hal ini tidak mengagetkan, karena masing-masing kata mengandung arti yang luas. Misalnya, kata “iman” (pistis) bisa merujuk pada ajaran kekristenan (Kol 2:6-7), keyakinan terhadap sesuatu (Kol 2:12; Yak 2:1), salah satu jenis karunia rohani (1 Kor 12:9a; 13:2b), maupun kesetiaan (Gal 5:22). Arti mana yang tepat harus ditentukan oleh konteks pemunculan kata tersebut.
Di 1 Korintus 13:13 Paulus tampaknya sedang memikirkan keterkaitan secara umum dan mendasar. Iman adalah titik awal dan dasar dari keberadaan kita sekarang. Pengharapan adalah sesuatu yang masih ada di depan, yang pasti kita akan dapatkan dari Allah. Kasih selalu ada di tiap titik. Keselamatan rohani kita – dari awal sampai akhir, maka tidak mungkin dipisahkan dari iman, pengharapan, dan kasih. Namun tidak hanya dalam hal keselamatan rohani secara umum, kemutlakan iman, pengharapan, dan kasih juga terlihat pada situasi-situasi khusus atau tertentu dalam kehidupan orang percaya. Contoh yang paling jelas adalah ketika menghadapi penderitaan (Rom 5:1-8). Iman merupakan jalan masuk menuju kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera dan pengharapan (Rom 5:1-2), walaupun di tengah penderitaan hidup (Rom 5:3-4). Pengharapan kepada Allah tidak mungkin gagal, karena Allah sudah lebih dahulu mencurahkan kasih-Nya ke dalam hati kita (Rom 5:5-8). Oleh karena itu, penderitaan bukan untuk meruntuhkan iman dan pengharapan; penderitaan justru akan menguatkan pengharapan orang percaya (Rom 5:3-4).
Alasan di balik keutamaan kasih, 1 Korintus 13:13 secara jelas menyatakan keutamaan kasih: kasih adalah yang terbesar di antara hal-hal esensial dalam kekristenan (13:13b). Mengapa kasih adalah yang terbesar? Sepertinya Paulus merasa tidak perlu memberi keterangan apa pun tentang hal ini. Ia mengajak jemaat memikirkan ucapan Tuhan Yesus yang sangat terkenal tentang kasih kepada Allah dan manusia sebagai perintah yang terbesar (Mat 22:37-40). Walaupun demikian, sebuah pertanyaan lain tetap membutuhkan jawaban: mengapa perlu dikontraskan dengan iman dan pengharapan? Sesuai dengan konteks 1 Korintus 12-14, keutamaan kasih sebaiknya dikaitkan dengan manfaatnya bagi orang lain. Iman dan pengharapan membawa berkat-berkat rohani secara pribadi, tetapi kasih menyalurkan berkat-berkat itu kepada orang lain.
Alasan lain berhubungan dengan kasih sebagai refleksi esensial dari karakter Allah. Alkitab menandaskan bahwa “Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:16), Alkitab tidak mengatakan: “Allah adalah iman” (Allah tidak mungkin beriman pada sesuatu di luar diri-Nya) atau “Allah adalah pengharapan” (Allah tidak perlu berharap pada yang lain, karena Ia sendiri yang menetapkan segala sesuatu). Maka Paulus dalam Nats ini adalah sebagai berikut:
- Kualitas kekristenan kita diukur dari iman, pengharapan dan kasih kita didalam Yesus. Artinya dari banyak hal yang Tuhan rindukan untuk ada atau kerjakan dalam kehidupan kekristenan kita maka semuanya tergabung dalam ketiga hal ini. Dari banyak hal yang kita upayakan, yang kita kejar, yang kita usahakan begitu rupa dalam kekristenan kita maka semuanya hanya akan diukur dari seberapa kualitas iman, pengharapan dan kasih kita. Segala karunia bahasa, karunia iman, karunia nubuat, karunia pengetahuan dan karunia Roh Kudus lainnya bagi gereja itu hanyalah alat – sarana bagi kita untuk mencapai kesempurnaan. Karunia-karunia rohani hanyalah sebuah alat, cara yang Tuhan pakai untuk gereja Tuhan bertumbuh hingga menjadi dewasa dan sempurna. Bukan itu yang utama.
Ukuran kualitas pengiringan kita kepada Tuhan tidak pernah dihitung atau dikalkulasi dari segala perbuatan ajaib yang Tuhan kerjakan melalui kita atau dari segala karunia yang Tuhan titipkan bagi kita atau dari seberapa hebat pengalaman-pengalaman tertentu yang terjadi dalam hidup kita. Kualitas pengiringan kita diukur dari: Bagaimana iman saudara kepada Yesus walau ditengah tantangan, kecaman, godaan dan dosa. Bagaimana harapan saudara walau ditengah kesulitan dan kesukaran, Bagaimana kasih saudara kepada Tuhan dan sesama ditengah segala kepahitan hidup & perlakuan buruk yang Tuhan ijinkan terjadi, rtinya sehebat-hebatnya seseorang, serohani apapun seseorang maka kualitas kekristenan dapat diukur dari sebesar apa iman, harap dan kasih nya kepada Tuhan.
- Kesempurnaan kekristenan kita hanya bisa dicapai melalui iman, pengharapan dan kasih didalam Yesus, artinya i untuk saat ini, sampai kesempurnaan itu tiba, kita memiliki tiga hal yang harus dilakukan untuk memimpin kita pada penyempurnaan: Percaya terus pada Tuhan, berharap dengan iman, mengasihi dengan luar biasa. Kita hanyalah manusia yang belum sempurna yang di tolong oleh Tuhan yang sempurna untuk mencapai kesempurnaan. Tidak ada jalan pintas menuju kesempurnaan tanpa melakukan ketiga hal ini. sebuah standar sorgawi yang harus kita patuhi. Hanya orang yang terus beriman kepada Yesuslah yang akan menjadi sempurna, Hanya orang yang berpegang teguh dalam pada pengharapan dalam Yesuslah yang akan menjadi sempurna Hanya orang mengasihi Yesus dan terus mengasihi seperti Yesuslah yang akan menjadi sempurna. Diluar ketiga hal ini, maka pengejaran Kekristenan saudara menjadi sia-sia. Kita bisa memberi persembahan yang banyak, namun jika dilakukan tanpa iman kepada Yesus, atau tanpa motivasi kasih maka semuanya sia-sia. Kita bisa duduk jadi anggota gereja bertahun-tahun namun tanpa iman yang murni, pengharapan yang teguh dan kasih – mengasihi seperti Yesus maka Kekristenan kita hanyalah sebuah praktek agamawi saja bahkan tidak ada bedanya dengan orang yang tidak mengenai Yesus.
- Iman dan Pengharapan hanya berlaku dibumi tetapi Kasih kekal dan tak berkesudahan, tetap abadi , Dimana dalam 1Kor 13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Iman Membuat Kita Sanggup Menghampiri Allah (Ibrani 11:6), Harapan Membuat Kita Sanggup Terus Berpegang Kepada Allah (Ibrani 6:19) Tetapi Kasih Membuat Kita sangup Menyerupai Allah, 1 Yoh 4:7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 1 Yoh 4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dari ayat ini bisa kita dapat kita simpulkan bahwa dengan melakukan kasih sebagaimana Yesus mengasihi maka kita menjadi sama dengan Dia
Jemaat yang terkasih; Iman harus terus dibangun, pengharapan harus terus dipelihara, kasih harus selalu dikejar untuk kita miliki. sebagai umat kepunyaan Yesus dalam memiliki kasih kepada sesama dan terlebih kasih kepada Tuhan Yesus dalam kasih Agave. Kasih agape adalah cinta tertinggi yang dirujuk oleh Alkitab. Cinta ini abadi, sempurna, penuh pengorbanan, dan tanpa syarat. Agape menggambarkan kasih Allah yang sempurna yang diwujudkan oleh Yesus, Ia mengorbankan diriNya di atas kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Mari kita hidup mengutamakan Kasih karena kasih itu paling utama dan besar manfaatnya dan manfaat kasih kekal selama-lamanya atau tidak berkesudahan. Amen
By: Bvr. Deliana Simanjuntak, SH,,MH