Renungan, Senin 11 Oktober 2021, Matius 15: 18
Renungan tanggal 11 Oktober 2021:
Matius 15: 18
“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.”
Nats ini diawali orang Farisi mengajukan tuntutan kepada Yesus tentang apa yang dilakukan Murid-murid Yesus adalah melakukan pelanggaran hukum adat istiadat mereka, Orang Farisi mau menyebarkan kesalahan murid Tuhan Yesus : “Ayat; 1:Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata;
2:Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” Dari fakta sering terjadi, orang Farisi lebih rajin melihat dan membahas kesalahan orang lain dari pada memberi nasehat terhadap orang yang kurang atau orang yang salah bertindak.
Dan itu tak jauh beda, itu terjadi dalam diri kita, enak menyebarkan kesalahan orang lain dengan menarik pihak-pihak lain dengan tujuan untuk membela kita. Namun disatusisi kita tidak paham juga, bisa juga orang lain itu tidak sependapat dengan apa yang kita adukan. sebagaimanan dalam nats ini Yesus menegur orang Farisi dan ahli Taurat ketika mereka mengaduhkan kesalahan dalam benak pikirannya, mereka yang lebih menekankan adat istiadat nenek moyang dan peraturan buatan manusia daripada ketaatan mengerjakan perintah Allah.
Manisnya bibir membicarakan kesalahan orang lain, Manis diluar, tapi penuh kebencian di hati . Banyak orang yang bersikap seperti itu. Dan kita memang sulit tahu apa isi hati orang. Tidak ada yang bisa mengetahui dengan tepat apa yang sedang ada di dalam hati seseorang. Sebuah pepatah yang sudah sangat kita kenal pun berbicara mengenai hal ini “Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu?”
Sungguh hati adalah bagian dari diri kita yang memang tersembunyi dan tidak terlihat dari luar. Jangankan mengetahui isi hati orang secara tepat, isi hati kita sendiri pun sering tidak kita ketahui dengan pasti :. Kita bisa merasa kesal tanpa sebab, merasa sedih tanpa alasan jelas, kehilangan mood dan sebagainya, dan semua itu berasal dari perasaan dalam hati kita.
Dalam Renungan ini sangat penting bagi kita untuk menjaga hati. Pentingnya menjaga hati agar hubungan kita dengan Tuhan tidak terhalang, dan doa-doa yang kita panjatkan pun akan sampai kepada Tuhan tanpa hambatan. YESUS mengingatkan “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Matius 15:18-19). Betapa berbahayanya sebuah hati yang tidak terkontrol, dan seringnya kita salah menilai hati orang lain. Alkitab menyatakan bagaimana kita begitu mudah tertipu melihat penampilan luar seseorang, tetapi kita tidak tahu apa yang tersembunyi dalam hati mereka sebenarnya. “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9).
Dan bukan hanya hati orang lain saja, tetapi hati kita sendiripun bisa seperti itu. Begitu banyak hal negatif yang bisa menghancurkan kita berasal dari hati. Jika tubuh kita saja perlu secara rutin diperiksa, apalagi hati kita yang letaknya tersembunyi, jauh di dalam tubuh kita. Memang sulit bagi kita untuk mengendalikan hati kita, tetapi puji Tuhan, kita punya Allah yang tahu keterbatasan kita.
Ketika kita tidak sanggup memeriksa dan memastikan hati kita berada dalam kondisi fit dan bersih dari segala kotoran, Tuhan bersedia untuk itu. Lihatlah dalam Yeremia17: 10 di atas. “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin.” . Tuhan telah mengatakan bahwa Dia mau memeriksa hati kita, menyembuhkan yang terluka, membersihkan yang kotor dan mengembalikan hati kita ke dalam keadaan yang baik.
Kita bisa belajar dari Daud yang terus peduli untuk meyakinkan bahwa hatinya berada dalam keadaan bersih atau tahir. Dalam Mazmur 26 dan 139 misalnya, Daud berulang kali meminta Tuhan untuk menyelidiki hati dan batinnya. Daud juga berseru: “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:12). Kita bisa meminta seperti ini, dan Tuhan bersedia untuk itu. Tidak mudah buat kita untuk melakukannya sendirian, tetapi kita harus ingat bahwa kita punya Tuhan yang sungguh peduli dan akan segera turun tangan jika kita memiliki niat sepenuhnya untuk menjaga kondisi hati kita.
Kita harus menyediakan diri kita untuk siap dikoreksi dan dibentuk, serta diperbaharui oleh Tuhan. Isilah terus diri kita dengan Firman Tuhan, dan mintalah Tuhan untuk menyelediki hati kita. Kiranya apa yang dikatakan Penulis Amsal berikut bisa tetap kita ingat dengan baik. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).
Yesus dengan keras mengatakan bahwa mereka adalah orang munafik. Tampaknya mereka beribadah dan memuliakan Allah, padahal sesungguhnya hati mereka jauh dari Allah. Ibadah mereka adalah sesuatu yang percuma karena ibadah bukan lagi relasi dengan Allah dalam ketaatan, tetapi sekadar mengikuti aturan dan ritual manusia saja.
Ibu/Bapak Mahasiwi yang kami aksihi dalam Yesus. Adalah penting bagi kita untuk menjaga agar hati kita tetap bersih, karena dari sana hal yang baik dan buruk bisa berawal. Pastikan senantiasa kita tetap menjalani hidup dengan sebentuk hati yang bersih. Kehidupan sesungguhnya terpancar dari hati, karena itu jagalah hati agar tetap bersih. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).
Amen…
Sumber : Bvr. Deliana Simanjuntak, SH, MH