Renungan Pagi Senin, 20 Oktober 2025
Lukas 6:20
“Lalu Yesus memandang murdi-muridNya dan berkata: “Berbahagialah kamu yang miskin, karena kamulah yang punya Kerajaan Allah”.
“Dungi dibereng ma angka siseanNa, huhut ma didok: Martua ma hamu angka na pogos, ai di hamu do harajaon ni Debata”.
Saudara-saudara yang dikasihi Kristus.
Kalau saya bertanya, apakah kita berbahagia saat ini? Mengapa kita berbahagia? Lalu apakah yang dimaksud dengan berbahagia yang disampaikan Yesus dalam firman Tuhan hari ini?
Kata berbahagia dalam Bahasa Yunani adalah makarios, artinya “diberkati”, “beruntung”. Lalu kepada kita kembali ditanyakan, apakah kita termasuk orang yang berbahagia, diberkati? Orang yang beruntung?
Di dalam Alkitab kita dapat membaca beberapa perempuan yang disebut berbahagia, beruntung, diberkati: di antaranya adalah, Maria Ibu Yesus yang dipanggil Allah, Abigail yang bijaksana, Ruth yang gigih, dan Debora yang menjadi pemimpin.
Selain itu ada Sarah, yang memiliki iman yang kuat, Hawa yang perupakan ibu pertama, dan Yokhebed yang memberikan perlindungan kepada Musa.
Mari kita lihat apa yang disampaikan firman Tuhan ini kepada kita, tentang siapakah yang berbahagia.
Lukas 6:20-26 ini disebut khotbah di tanah datar untuk membedakan dari khotbah di bukit (Mat 5-7), khotbah yang lebih singkat dari khotbah di bukit.
Khotbah di sini mulai dengan perbedaan antara dua macam manusia. Golongan yang pertama adalah mereka dengan segala rupa lahiriahnya haruslah dikasihani, tapi dalam penilaian Yesus adalah diberkati atau berbahagia, karena apa yang dijanjikan kepada mereka. Mereka miskin dan berkekurangan, lapar dan bersedih hati. Ini tidak hanya menunjuk semata-mata kepada keadaan lahiriah mereka, dan harus dipahami secara rohani. Yang dimaksud di sini Adalah miskin secara rohani.
Kepada merekalah Yesus menjanjikan bahwa Ia akan mendengar mereka dan akan memenuhi keinginan mereka dalam kerajaan yang akan datang. Dan inilah yang merupakan pesan utama yang mau disampaikan Yesus.
Orang mungkin akan membenci dan mencela mereka karena percaya kepada Allah, tapi sama seperti nabi-nabi mereka akan menerima upah mereka dari Allah.
Ucapan bahagia ini menunjukkan bahwa yang dimaksudkan Yesus adalah murid-muridNya dan kita saat ini. Kita Adalah orang yang berbahagia ketika kita dibenci, ditolak karena Kristus, karena memberitakan Kristus. Yang dibicarakan Yesus di sini adalah hak-hak Istimewa dan keuntungan kalau karena NamaNya kita ditolak dan dibenci.
Golongan yang kedua adalah mereka yang memiliki apa yang dapat diberikan oleh zaman sekarang, mereka memiliki barang-barang yang mereka butuhkan, kebahagiaan, nama baik di antara manusia, dan tidak lagi menginginkan yang lain lagi. Tidak perlu mereka berteriak kepada Allah dalam doa, sebab mereka menyangka bahwa mereka mempunyai cukup banyak. Kepada mereka Yesus mengatakan, waktunya akan datang , di mana mereka tidak akan mempunyai apa-apa.
Saudara, dari firman Tuhan ini kita belajar, bahwa kebahagiaan sejati ada pada mereka yang tidak terikat oleh kekayaan duniawi, melainkan bergantung kepada Allah. Itu berarti berbahagia bukan soal materi, tetapi tentang anugerah Allah, dan ketaatan kepada Allah.
Makarios, berbahagia, diberkati, beruntung itu adalah, anugerah Allah.
Kalau menurut ukuran dunia ini kita memakai ukuran, sudah punya atau belum? Sudah punya anak atau belum, sudah punya hela atau belum, sudah punya rumah atau belum, sudah punya mobil atau belum, sudah punya gelar atau belum, sudah punya cucu atau belum, sudah punya pacar atau belum, masih bisa tambahkan daftarnya… itulah orang yang berbahagia. Kalau dalam Bahasa batak dikatakan: martua ho da, nunga adong helam, pahompum dan lain sebagainya.
Padahal ukuran Yesus bukan sudah punya atau belum tapi dalam memberi, Dia memberi kesembuhan memberi makan 5000 orang dan lain sebagainya.
Bahkan melalui firman Tuhan pada hari ini, Yesus mengajarkan kepada kita kebahagiaan sejati bukan terletak pada Kesehatan, kelepasan dari tekanan mental, atapun kelepasan dari berbagai kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebahagiaan yang sejati adalah mengenal Allah dan kehendakNya, serta hidup dalam ketaatan melakukan kehendakNya.
Apakah kita ingin menjadi orang yang berbahagia, yang diberkati dan beruntung, mari mengenal kehendak Allah serta hidup dalam ketaatan keadaNya. Amin
Oleh “Pdt. Reni Tiar Linda Purba, MTh.”