Renungan Pagi, Senin, 03 November 2025
SERMON STB HKBP
Monday, 3rd November 2025
TEKS READING : PSALM 30: 1-11
TEKS SERMON : 1 Peter 3: 8
SONGS : 1). W.P. No. 54: 1-2; 2). W.P. No. 39: 1-2.
Finally, all of you, be like-minded, be sympathetic, love one another, be compassionate and humble” (1Peter 3:8).
Dan akhirnya hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.
SERMON
- Introduction
Dear brothers and sisters in Jesus Christ!
In dayly life, we are often faced with differences of opinion, disagreement, conflict and friction, even within the fellowship of believers, this can often happen.
In situations like this, many Christians stumble and become a stumbling block for many people. Not persevering in faith, not maintaining their faith in Jesus Christ that they, we are children of light, children of God whom He has adopted and redeemed at a great price in Jesus Christ.
- Content?Text.
Dear brothers and sisters in Jesus Christ! This text is a Pastoral letter from the Apostle Peter tothe early Christians and those who were still young in the faith as Christian. They are said to be young in faith because they are new converts to becoming followers of Christ from the Gentiles. They were immigrants who spread across Pontus, Galatia, Cappadocia, Asia Minor, and Bithynia (1 Peter 1:1). All of this used to be in Asia Minor, but is now part of Modern Türkiye.
This letter was written around 64-67 AD, at which time Christians faced severe pressure, suffering and persecution because of their faith in Christ, namely during the reign of Emperor Nero.
In the midst of this situation of suffering, Peter sent his pastoral letter on how the early church should behave in facing this suffering. In this passage, Peter emphasizes five important attitudes in the life of Christian communities when they face various kinds of suffering:
- Unity of mind, living in unity of faith and purpose. The Greek word that Peter uses is “homophrones” which comes from two words: Homo = same, and phronesis = mind, way of thinking, or inner view.
So, “unity” means having the same thoughts, views and inner direction that are in line (not uniformity), but unity in diversity.. So it doesn’t mean that everyone has to think uniformly in everything, but rather be united in the same view of faith, namely faith in Christ.
- Sympathy, having empathy for others. In Greek “sympatheis” from the root: syn = together and pathos = feeling, suffering, or emotion. So, “sympatheis” Sympathy in English, does not mean concern, but more than that, namely feeling together, sharing the joys and sorrows of other people. Christians must not be indifferent to the suffering of others. (confer: Romans 12: 15: Rejoice with those who rejoice; and weep with those who weep)
- Loving brothers (brotherly love), brotherly love in Christ. Philadelphia means affection between brothers, love that is born of spiritual brotherhood in Christ (Ephesians 2:19).
- Compassionate.
In the Greek text “eusplagchnos” which consists of: eu = good, beautiful, full of compassion for the weak and suffering; splagchna = stomach or heart, the deepest place of emotion. So, “merciful” means having a soft heart and being sensitive to the suffering of others.
Compassion is the main characteristic of God’s character which is manifested in Jesus Christ (Mark 8:2), where Jesus was moved to help feed the hungry crowds. Be merciful, that is, help through action and restore others who are suffering.
- Humble, a humble attitude that imitates Christ.
In Greek, the term used is “tapeinophron”
which comes from two words:
tapeinos = lowly, modest, not self-exalted,
phroneo = way of thinking or inner attitude.
So, “tapeinophron” means having a humble mindset, not in the sense of falsely humbling oneself, but placing oneself correctly before God and others.
Jesus Christ is the ultimate/tipical model of humility.
In Philippians 2:5–8, Paul wrote: Even though Jesus was the Son of God, he did not assume equality with God, but emptied himself and took the form of a servant…”, willing to sacrifice to the lowest point, namely death for the sake of human salvation.
Brothers and Sisters in Jesus Christ!
The text of 1 Peter 3: 8 which mentions the 5 points above, explains and emphasizes for us as believers in Jesus Christ, so that we appreciate, live and act it out in our daily lives.
Peter wrote, pride and ego will easily damage community unity. But humility maintains the unity of the body of Christ.
In the context of Pastoral ministry, Pastoral theologian Howard Clinebell (2002), said, humility is the basic attitude of an effective servant, because without humility, a person cannot truly listen, understand, and serve the spiritual needs of others.
Meanwhile, Henri Nouwen (1996) wrote that humility is a sign that someone lives from the love of God, not from the need to be recognized by humans.
The humble servant does not seek popularity, but presents Christ in a gentle and quiet presence.
God’s Word today reminds us, that in facing a world that is harsh and full of suffering, sameness, sameness, ridicule, bullying, egoism, (whether we are the perpetrators or victims), the attitude of Christians must be seen from a life of loving each other, not returning evil for evil, being humble, and living in peace (vv. 9–12). Such an attitude is a testimony to people who do not yet know Christ. This kind of attitude is a real form of the Gospel that we believe in.
The conclusion of this text is Love.
- The Conlusion
Therefore, the conclusion of this text is,
LOVE. Love that produces: 1. Be like minded
- Be Sympathetic
- Love one another
- Be Compassionate
- Be humble.
Amen.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus!
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering diperhadapkan pada perbedaan pendapat, pertentangan, konflik, dan gesekan, bahkan di dalam persekutuan orang percaya pun hal itu bisa sering terjadi. Dengan keadaan seperti itu orang Kristen banyak tersandung dan menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Tidak bertekun dalam iman, tidak memelihara imannya di dalam Yesus Kristus bahwa mereka, kita adalah anak-anak terang, anak Allah yang sudah diangkatNya dan ditebusNya dengan harga mahal di dalam Yesus Kristus.
- Isi/ Pendalaman Teks.
Saudara-saudara yang dikasihi Yesus Kristus! Nats ini adalah surat Pastoral Rasul Petrus kepada jemaat Kristen mula-mula dan yang masih muda dalam iman. Dikatakan muda dalam iman karena mereka masih baru bertobat menjadi pengikut Kristus dari non Yahudi. Mereka adalah orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia (1 Ptr 1:1). Semuanya ini dahulu berada di wilayah Asia Kecil, tetapi sekarang sudah menjadi bagian dari Turki Modern.
Surat ini ditulis sekitar tahun 64-67 M, di mana pada masa itu orang-orang Kristen menghadapi tekanan, penderitaan, dan penganiayaan berat karena iman mereka kepada Kristus, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Nero.
Di tengah situasi dalam penderitaan itu, Petrus mengirimkan surat pastoralnya bagaimana seharusnya jemaat mula-mula bersikap dalam menghadapi penderitaan itu. Dalam nast ini, Petrus menekankan lima sikap penting dalam kehidupan komunitas Kristen ketika mereka menghadapi ragam penderitaan tersebut:
- Seia sekata (unity of mind), hidup dalam kesatuan iman dan tujuan. Kata Yunani yang digunakan Petrus adalah “homophrones” yang berasal dari dua kata: Homo= sama, dan phronesis = pikiran, cara berpikir, atau pandangan batin.
Jadi, “seia sekata” berarti memiliki kesamaan pikiran, pandangan, dan arah batin yang sejalan (bukan keseragaman uniformity), tetapi kesatuan dalam keragaman (Unity in divercity). Jadi bukan berarti semua orang harus berpikir seragam dalam segala hal, melainkan bersatu dalam pandangan iman yang sama, yaitu iman kepada Kristus.
- Seperasaan (sympathy), memiliki empati terhadap sesama. Dalam bahasa Yunani “sympatheis” dari akar kata: syn = bersama dan pathos = perasaan, penderitaan, atau emosi. Jadi, “sympatheis” Sympathy dalam bahasa Inggris, bukan berarti prihatin, tetapi lebih dari itu, yaitu merasakan bersama, turut merasakan suka dan duka orang lain. Orang kristen tidak boleh bersikap acuh tak acuh atas penderitaan orang lain. (Band. Roma 12:15” Bersukacitalah dengan orang-orang yang bersukacita, menangislah dengan orang-orang yang menangis).
- Mengasihi saudara-saudara (brotherly love), kasih persaudaraan dalam Kristus. Philadelphia berarti kasih sayang antar-saudara, Kasih yang lahir dari persaudaraan rohani dalam Kristus (Efesus 2:19).
- Penyayang (compassionate).
Dalam teks Yunani “eusplagchnos” yang terdiri dari: eu = baik, indah penuh belas kasih kepada yang lemah dan menderita.; splagchna = perut atau isi hati, tempat emosi terdalam. Jadi, “penyayang” berarti memiliki hati yang lembut dan peka terhadap penderitaan orang lain.
Belas kasihan (compassion) adalah ciri utama karakter Allah yang diwujudkan dalan Yesus Kristus (Markus 8:2), di mana Yesus tergerak untuk menolong memberi makan orang banyak yang kelaparan. Jadi penyayang, yaitu menolong melalui tindakan dan memulihkan sesama yang menderita.
- Rendah hati (humble), sikap rendah hati yang meniru Kristus.
Dalam bahasa Yunani, istilah yang digunakan adalah “tapeinophron”
yang berasal dari dua kata:
tapeinos = rendah, sederhana, tidak meninggikan diri,
phroneo = cara berpikir atau sikap batin.
Jadi, “tapeinophron” berarti memiliki pola pikir yang rendah hati, bukan dalam arti merendahkan diri secara palsu, tetapi menempatkan diri secara benar di hadapan Allah dan sesama.
Yesus Kristus adalah model tertinggi dari kerendahan hati.
Dalam Filipi 2:5–8, Paulus menulis: Walaupun Yesus adalah Anak Allah, tetapi Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah, melainkan Dia telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba…”, mau berkorban sampai ke yang terendah sekali, yaitu mati demi keselamatan manusia.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus!
Teks 1 Petrus 3: 8 yang menyebut 5 poin di atas, menjelaskan dan menekankan kepada kita orang yang beriman kepada Yesus Kristus, agar kita menghayati, menghidupinya dan melakoninya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Petrus menulis, kesombongan dan ego akan mudah merusak kesatuan komunitas. Tetapi rendah hati menjaga kesatuan tubuh Kristu.
Dalam konteks pelayanan Pastoral, seorang teolog Pastoral Howard Clinebell (2002), mengatakan, kerendahan hati adalah sikap dasar pelayan yang efektif, karena tanpa kerendahan hati, seseorang tidak dapat sungguh-sungguh mendengarkan, memahami, dan melayani kebutuhan rohani orang lain.
Sedangkan Henri Nouwen (1996) menulis bahwa kerendahan hati adalah tanda bahwa seseorang hidup dari kasih Allah, bukan dari kebutuhan untuk diakui oleh manusia.
Pelayan yang rendah hati tidak mencari popularitas, tetapi menghadirkan Kristus dalam kelemahlembutan dan kehadiran yang tenang.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita, bahwa dalam menghadapi dunia yang keras dan penuh penderitaan, penindasan, ejekan, cibiran, bullian, egoisme, (apakah kita yang menjadi pelaku atau korban), sikap orang Kristen harus tampak dari kehidupan yang saling mengasihi, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, rendah hati, dan hidup dalam damai (ay. 9–12). Sikap yang demikian menjadi kesaksian bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus. Sikap seperti ini adalah bentuk nyata dari Injil yang kita imani.
Kesimpulan dari teks ini adalah Kasih.
Love: 1. Be like-minded =
- Be sympathetic
- Be compassionate
- Be humble
- Love one another
Amin.
Bvr. Dr. Roslinda Sihombing, S.Pd., M.Si.

