Renungan Senin, 14 Februari 2022, Yeremia 31:18
Pertobatan Efraim (Yeremia 31:18)
- Pendahuluan
Yeremia menulis tentang Israel (sepuluh suku yang disebut Efraim) yang akhirnya mengakui, dalam kerendahan hati, perlunya TUHAN untuk menggerakkan mereka pada pertobatan dan pengampunan. Pada saat itu janji pemulihan dan pembaruan Allah akan membuahkan hasil ketika semua keluarga Israel, rakyat Yehuda, akan dipulihkan ke hubungan perjanjian oleh Yahweh (Allah).
- Perjanjian Allah kepada Efraim
- Perjanjian Baru sebagai Dasar Pertobatan Efraim
Pertobatan Efraim, dan kembalinya dia kepada Allah, membuat bukan hanya Yehuda, melainkan juga sepuluh suku Israel akan dipulihkan. Suku Efraim di sini dibicarakan sebaagi satu orang, untuk menandakan kebulatan suara mereka. Mereka akan menjadi seperti satu orang dalam pertobatan mereka, dan dalam pertobatan itu mereka akan memuliakan Allah dengan satu pikiran dan satu mulut, satu sebagai keseluruhan. Hal ini supaya berlaku bagi setiap orang yang bertobat, yang bagi merekalah bagian Kitab Suci ini diberikan sebagai pengarahan dan dorongan semangat. Efraim di sini digambarkan sedang menangis karena dosa, mungkin karena Efraim, orang yang darinya suku itu diberi nama, adalah seorang yang berjiwa lembut, yang berkabung sehari-hari lamanya untuk anak-anaknya (1 Taw. 7: 21-22). dan kesedihan atas dosa dibandingkan seperti menangis seorang anak tunggal.
Pertobatan yang diterima oleh Efraim adalah atas dasar belas kasihan Allah, didalamnya Allah mengakuinya sebagai “Anak kesayangan. Gerangan Efraim bagi-Ku atau anak kesukaan? Sebab itu hati-Ku terharu terhadap dia,..” Allah akan menyayanginya (Yer. 31:20). Setelah menerima kesadaran dan pertobatan dan mengetahui dirinya yang sebenarnya adalah orang berdosa, Allah akan membuat mereka menyesal dan malu atas semua dosa-dosanya itu dan sebuah perjanjian yang baru diberikan Allah dengan inisiatif dari Allah itu sendiri.
- Ketaatan sebagai bagian dari Perjanjian Baru
Ketataan merupakan bagian dari perjanjian baru. Dengan adanya perjanjian baru yang dianugerahkan Allah ke dalam hati setiap umat-Nya, yaitu firman Allah yang ditulis dalam batin dan hati baik itu laki-laki dan perempuan, tua atau muda dengan sendirinya akan memiliki kerinduan dan dorongan dari dalam diri sendiri untuk mentaati Allah serta seluruh firman-Nya. “Di dalam setiap hati memiliki keputusan masing-masing untuk mentaati Allah atau tidak. “Perjanjian baru membawa berkat Ketaatan.” Jadi, ketataan umat TUHAN kepada Allah bukan didasarkan atas dasar dorongan orang lain, atau atas dasar hanya karena perintah, tetapi benar-benar keluar dari dalam diri sendiri yang digerakan oleh Roh Allah. Karena kebenaran Allah sudah dimeteraikan dalam hati umat-Nya secara permanen.
- Implikasi
Pertama, Allah mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Implikasi teologi adalah bahwa kita menerima keselamatan, pemulihan, pengampunan serta pertobatan dan pembaharuan hidup adalah semata-mata hanya karena kasih Allah. Karena kasih Allah yang kekal itu, maka Ia telah menganugerahkan belas kasihan kepada kita di dalam Yesus Kristus agar di dalam-Nya kita sebagai orang-orang percaya memperoleh keselamatan dari hukuman kekal. Allah mengasihi kita dengan kasih Agape (kasih Allah tanpa syarat), Allah menyelamatkan kita bukan karena kita layak untuk memiliki keselamatan itu. Tetapi hanya karena kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam Kristus Yesus bagi kita .
Kedua, keberadaan kita sebagai orang-orang percaya atau pengikut Kristus di tengah-tengah dunia ini adalah untuk menghadirkan sukacita dan damai sejahtera. Kita dipilih, diampuni, serta dipulihkan dan ditetapkan oleh Allah untuk membawa terang di tengah-tengah dunia ini. Sebagaimana TUHAN sebagai sumber utama yang memberikan sukacita kepada umat-Nya (Yer. 31: 10-17, 23-26).
Ketiga, pemulihan dan keselamatan yang diperoleh oleh orang kristen hanya karena kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus.
Keempat, Orang Kirsten harus hidup menurut “Perjanjian Baru” yang dimeteraikan dalam hati. Dalam arti bahwa sebagaimana kebenaran firman Tuhan yang disampaikan dalam Kitab Yeremia 31, oleh karena itu kita sebagai orang Kristen harus peka terhadap suara Roh Kudus yang berbicara dan menegur kita dalam hati supaya kita hidup dalam pertobatan dan kesetiaan.
Sumber: Pdt. Yusuf Roy Turnip, M.Th.