Renungan Pagi Senin, 27 Oktober 2025

Renungan Harian STB HKBP

27 Oktober 2025

Matius 7:21

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.”

Kita sering menyebut nama Tuhan dalam doa, lagu, bahkan saat panik menjelang ujian atau saat tugas belum juga selesai: “Tuhan, tolong!” begitu kan?

Namun Yesus dalam ayat ini mengingatkan bahwa menyebut nama Tuhan belum tentu kita hidup di dalam kehendak-Nya.

Ayat ini muncul di bagian akhir Khotbah di Bukit (Matius 5–7), saat Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah bukan hanya soal pengakuan verbal/ucapan atau tampilan luar, melainkan tentang ketaatan yang nyata.

Sebelumnya, Yesus berbicara tentang “pohon dan buahnya” (ay. 15–20): pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, dan pohon yang tidak menghasilkan buah akan ditebang. Maka, ayat 21 ini menjadi kelanjutan logisnya: Tidak ada artinya memanggil Tuhan dengan bibir, jika hati dan tindakan kita belum menunjukkan bahwa Dialah yang benar-benar memimpin hidup kita.

Sebab bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!”

Ungkapan “Tuhan, Tuhan” (Yunani: Kyrie, Kyrie) menunjukkan intensitas emosi dan penghormatan. Tapi di sini, Yesus menyingkap bahwa:

• Ada orang yang beragama secara lahiriah, rajin berdoa dan aktif secara rohani,
• Namun hidupnya tidak tunduk kepada kehendak Allah.

Istilah “Kerajaan Surga” basileia tōn ouranōn (βασιλεία τῶν οὐρανῶν) menunjuk pada pemerintahan Allah yang nyata dalam kehidupan seseorang, bukan sekadar gambaran tentang kehidupan setelah mati.
Jadi, Yesus sedang berbicara tentang mereka yang hidup di bawah kedaulatan Allah saat ini, bukan hanya tentang siapa yang akan “masuk surga nanti”.

“Melakukan kehendak Bapa” itu berarti:

• Mengasihi Allah dan sesama (Matius 22:37–39),
• Menghidupi iman yang berbuah dalam tindakan (Yakobus 2:17),
• Menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar (Yakobus 1:22),
• Menuruti perintah Kristus (Lukas 6:46),
• Mengutamakan ketaatan daripada ritual (Yesaya 29:13; 1 Samuel 15:22),
• Menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan (Matius 3:8).

REFLEKSI:

Hari ini, banyak orang berseru “Tuhan, Tuhan” lewat pujian, pelayanan, bahkan status rohani di media sosial.
Namun Tuhan melihat lebih dalam Ia melihat hati yang jujur dan taat. Ketaatan tidak selalu spektakuler; bisa dalam hal sederhana:

• Mengampuni teman yang menyakiti,
• Menjaga integritas saat tidak ada yang melihat,
• Tidak curang demi nilai,
• Menjaga tutur kata di media sosial.

Melakukan kehendak Bapa, Bukan karena kita “menyelamatkan diri dengan perbuatan,” tapi karena iman sejati selalu menampakkan diri dalam perbuatan nyata. AMIN.

oleh “Pdt. Jetti Lisantri Samosir, M.Th.”