Renungan, Senin, 04 April 2022 Amsal 30:8
Amsal 30:8
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
Agur bin Yake dari Masa adalah salah satu dari penulis kitab Amsal yang berusaha memahami kehendak Allah dari kesederhanaan pemikirannya. Dia memandang Allah sebagi Tuhan yang luarbiasa yang mampu memberikan segalanya bagi manusia. Permohonannya adalah supaya Tuhan menjaga hatinya dan tidak jatuh ke dalam dosa walau diberi kesempatan untuk menikmati dua keadaan yang berbeda, yaitu miskin dan kaya.
Bagaimana seharusnya kita berdoa, sehingga doa yang diucapkan Agur bin Yake ini menjadi menarik. Memahami kehendak Allah sangat penting baginya. Perhatikan kalimat ini, 2 hal yang kuminta pada-Mu, jangan kau tolak sebelum aku mati. Dia sangat berani mengatakan kepada Tuhan supaya doanya jangan ditolak. Mengapa berani dia mengatakan itu: jangan Kau tolak! Apa yang tidak boleh ditolak oleh Tuhan dari permintaan penulis kitab Amsal ini ? Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Pantas dia mengatakan itu, karena itulah perintah Tuhan. Alkitab juga mencatat itu, supaya setiap manusia menjauhkan dirinya dari kebohongan, saksi dusta dan yang lainnya. Kebenaran akan jauh dari kecurangan dan kebohongan, sehingga permintaan Agur bin Yake ini adalah benar. Dia tidak meminta kekayaan dan kemiskinan tetapi hidup yang benar dihadapan Tuhan. Maka yang diminta penulis Amsal ini bukan yang berkaitan dengan seleranya tetapi lebih dari itu yaitu kehendak Allah. Menjauhkan kebohongan dan kecurangan itu adalah ketetapan Tuhan (Ketetapan Tuhan sama artinya dengan “ berpegang kepada perintah-perintahMu, titah-titahMu, jalanMu, hukum-hukumMu: Lih. Mazmur 119). Ketika kita meminta ketetapan Tuhan maka Dia mengabulkannya, tetapi kalau kita meminta sesuai dengan kehendak kita belum tentu Dia mengabulkannya. Ini harus diperhatikan. Ayat ini ditulis ribuan tahun yang lalu, tetapi tetap relevan sampai sekarang. Bukan rahasia lagi, bahwa di era modern sekarang, semakin banyak manusia yang hidup penuh kecurangan dan kebohongan. Penipuan berkedok bisnis, judi berbasis investasi (binomo), penipuan berbasis agama melalui infaq
Doa yang seperti ini jarang kita dengar, yang sering adalah meminta kekayaan, kesuksesan, dll. Kalau mau hidup berhasil, hiduplah dalam kebenaran dan ketetapan Tuhan. Dengan demikian doanya benar. Kedua: jangan berikan kepadaku kemiskinan ataupun kekayaan, ini menjadi tidak lazim. Doa itu sangat penting, bukan soal jadi kaya atau miskin tetapi bagaimana dia menjalani hari-harinya dengan benar dimata Tuhan. Mengerti secara utuh apa sesungguhnya yang Tuhan mau, sehingga kita tidak hanya berbicara apa yang kita mau.
Cara berpikir dunia berbeda dengan cara berpikir yang ditawarkan dalam kitab Amsal ini. Pikirkanlah perkara yang diatas bukan perkara yang di bumi, demikian Paulus berbicara dalam Kolose 3:2; values kehidupan kita apa ? Tuhan mau turun ke bumi menyelamatkan manusia dan menyatu dengan manusia. Dia berbagi dan peduli. Kita belajar bagaimana supaya kita bisa menjadi berkat bagi dunia bukan mengambil yang tidak menjadi bagian kita. Amsal memberi pengajaran kepada kita untuk tidak serakah, jangan pula cemburu terhadap kekayaan orang lain tetapi jangan hina pula orang yang miskin. Orang kaya dipakai Tuhan, Abraham dipakai Tuhan, tapi jangan lupa di PL. ada seorang janda di Sarfat yang hidupnya miskin tetapi dijaga Tuhan. Jangan anti terhadap kekayaan karena itu bukan dosa tetapi berkat Tuhan. Jangan berkeluh kesah karena kemiskinan, tetapi berkeluh kesahlah karena ketidak benaran. Menikmati makanan yang menjadi bagianku: artinya dia meminta apa yang menjadi bagiannya. Mau kaya, miskin tetapi yang menjadi bagiannya. Doanya hanyalah apa yang menjadi bagiannya (Bnd. Doa bapa kami: berikanlah kami pada hari ini, makanan kami secukupnya) Ukuran siapa “cukup”: ukuran Tuhan ! Jadi kata cukup itu tidak usah diutak-atik sesuai dengan teori yang kita pahami. Luruskan pikiranmu, syukuri kalau Tuhan memberikan kamu kekayaan, kepintaran, jabatan, dll. tapi ingat: hiduplah kamu dalam kebenaran, karena benar akan membawa kebahagiaan bukan karena kayanya. Disinilah diuji kehidupan orang percaya, dibangun dalam tindakan, apa yang menjadi kehendak Allah supaya hidup mereka menjadi hidup yang berkenan di hadapan Tuhan. Dua hari yang lalu saya menonton wawancara eksklusif Rosianna Silalahi dengan Angelina Sondakh. Dalam wawancara tersebut, Angelina Sondakh mengakui bahwa dirinya benar melakukan korupsi dan memakai jabatannya ketika dia ditempatkan di badan Anggaran anggota DPR RI. Peluang itu sangat besar bagi dia, dan kita dicari-cari oleh semua orang supaya anggarannya digolkan di konstitusi. Akibat dari ketidakmampuannya untuk menjalankan amanah itu, sehingga dia dihukum 12 tahun penjara. Betapa sulitnya dia untuk mengembalikan nama baiknya di depan publik karena perbuatannya yang tidak benar.
Konsekwensi dari permintaan, supaya kalau aku…kalau kita miskin jangan anggap itu sebagai hukuman Tuhan, dan kalau kaya bukan karena anugrah Tuhan tetapi pemaksaan untuk naik, itu berbahaya. Oleh karena itu, kemiskinan jangan diperalat untuk melegalisasimu melakukan kejahatan: ex. mencuri. Negara sudah menetapkan undang-undang tentang itu kalau mencuri, korupsi, dll. Kaya tidak membuat kita besar kepala, miskin tidak membuat kita malu dan menghina Allah. Tapi kalau kamu mau kaya dengan cara-cara yang tidak benar, itu yang salah; banyak orang yang melakukan korupsi, mereka kaya, sukses tapi sampai dimana ? masuk juga dalam penjara. Jangan sok, sombong, merasa luarbiasa karena harta yg kamu genggam, hati-hati. Jangan hidup dalam kemunafikan, karena itu jangan suka berada di tempat dimana engkau dibenarkan padahal engkau salah, karena itu racun yang mematikan. Karena itu hiduplah ditempat dimana kebenaran itu dijunjung tinggi. Ada tantangan bagi kita semua, hidup dalam kebenaran, karena itu kita berdoa, jauhkanlah daripadaku kecurangan… maka benarlah doa kita. Bukan dengan cara-cara yang tidak benar. Orang beriman adalah orang yang menggantungkan hidupnya kepada ketetapan dan keputusan Allah, jangan kekayaan menjebakmu dalam kenikmatan-kenikmatan duniawi, tapi jangan pula kemiskinan kita buat untuk melegalitas kehidupan kita untuk melakukan yang tidak benar, jangan terjebak. Hiduplah kamu dalam kemerdekaan yang bertanggungjawab. Cintailah kebenaran sekalipun menyakitkan. Menggumuli, mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan. Amin
Sumber: Bvr. Darna Situmorang, M.Pd.K.