Renungan, Senin 9 Mei 2022, Efesus 6:15
Efesus 6:15
Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;
Bapak-Ibu, saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus semoga hari ini kabarnya baik ya, kita yang berada di aula dan juga yang berada di ruang zoom. Tampaknya para mahasiswi di asrama bersemangat ya😊karena sudah selesai sarapan pagi, itu berarti telah memenuhi kebutuhan jasmani. Pagi ini Firman Tuhan menyapa kita mengenai kebutuhan perlengkapan rohani yang disampaikan oleh rasul Paulus sebagai nasihat kepada jemaat Efesus, yakni agar berkasutkan kerelaan untuk memberitakan injil damai sejahtera.
Bapak-Ibu, saudara-saudari taukah apa itu kasut? Pernah lihat? Kasut sama seperti sendal bertali-tali yang berfungsi sebagai alas kaki. Kasut biasanya terbuat dari material kulit, bertali, dan talinya dililit sampai ke atas mata kaki atau betis supaya tidak mudah terlepas. Di bagian tapaknya terdapat pijakan batu untuk membantu prajurit itu berdiri teguh dan tegap.
Sewaktu rasul Paulus berada di Penjara, tampaknya ia mengamati perlengkapan yang dipakai oleh para prajurit yang sedang berjaga-jaga dan perlengkapan ikut berperang di medan pertempuran. Berdasarkan pengamatan dan penghayatan rasul Paulus tersebut, Paulus memakainya sebagai perumpamaan bahwa di dunia ini orang percaya sebagai prajurit Allah juga sedang dalam peperangan melawan pasukan iblis (kejahatan). Oleh karena itu diperlukan perlengkapan senjata Allah untuk dapat bertahan dan memenangkan peperangan.
Perlengkapan senjata Allah terdiri dari, kebenaran sebagai ikat pinggang, keadilan sebagai baju zirah, Injil kedamaian sebagai kasut kaki, iman sebagai perisai, keselamatan sebagai ketopong, dan roh sebagai pedang.
Bapak- Ibu, saudara-saudari, ada hal menarik mengenai kasut: pertama, kasut bagi seorang prajurit haruslah benar-benar terpasang dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan kerelaan seorang prajurit untuk menundukkan tubuhnya agar dapat mengikat tali-tali dengan baik. Demikianlah gambaran orang percaya diperlukan kerendahan hati, penguasaan tubuh dan ego untuk menyampaikan pemberitaan injil damai sejahtera. Kedua, kasut yang terlihat sebagai barang yang sederhana itu berfungsi sangat efektif untuk berjalan cepat dan menempuh perjalanan jauh menghadapi berbagai pertempuran. Demikianlah jugalah keberadaan prajurit-prajurit Allah, untuk hidup dalam kesederhanaan sehingga berita dan kabar baik dapat dipancarkan disetiap langkah, kemana pun dan dimana pun berada.
Dalam Matius 5:9 dikatakan berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Damai sejahtera dalam Bahasa Ibrani, syalom dan Bahasa Yunani, Eirene memiliki makna yang dalam, yakni sebuah suasana hidup yang sesuai dengan kehendak Allah mencakup kehidupan baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Hidup yang berkeadilan, memerhatikan kebutuhan-kebutuhan hidup yang baik, dalam cinta kasih, damai, dan menerima keselamatan (roh dan jiwa). Untuk itu, rasul Paulus juga menasihatkan bahwa Allahlah yang memperlangkapi dalam kekuatan kuasa-Nya agar para prajurit memiliki keberanian untuk hadir memberitakan injil damai sejahtera.
Bapak-Ibu, saudara-saudari, pakailah kasut saudara, milikilah kerelaaan untuk melangkah bersama dengan Allah sebab dengan berjalan bersama-Nya kita memahami langkah-langkah mana yang akan kita lewati sesuai dengan kehendak-Nya. Di sanalah kita temukan damai sejahtera dan kemenangan. Amin
Sumber: Pdt. Jetti Lisantri Samosir, M.Th.