Renungan Senin, 27 Februari 2023 Imamat 19:17
Renungan Harian, Senin, 27 Februari 2023
Imamat 19:17
Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.
Kitab Imamat iini lazimnya diberi judul “Hukum Kekudusan”. Konsep kekudusan termasuk perbedaan atau pemisahan. Umat Allah harus berbeda, terpisah dari para penyembahan berhala yang berada di sekeliling mereka. Allah peduli umatNya tetap bersih dan tanpa cela di tengah-tengah dunia yang rusak dan jahat pada saat itu. Hukum-hukum kekudusan/kesucian adalah diambil dari tema yang asasi yang menghubungkan semua pasal satu dengan pasal yang lain, yaitu “kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus”. Tuhan seolah memisahkan mereka dari semua bangsa lain, dan mereka, bangsa Israel harus memelihara kekudusan itu dengan menaati secara tegas semua hokum Allah.
Demikian juga dengan renungan kita pada saat ini. Jika kita baca secara keseluran pasal 19 terdapat ayat-ayat yang sangat penting dari sudut orang Kristen, yaitu:
- Mengasihi manusia seperti dirimu sendiri dan mengasihi Allah
- Sifat umat Allah, “kekudusan”. Apakah bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama dan ataukah Gereja Kristen sekarang ini ditunjukkan dalam ayat-ayat “kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan, Allahmu kudus”.
Gereja itu kudus, kita kudus, umat Allah kudus karena hubungannya yang khusus dengan Allah, tetapi sekaligus harus menjadi kudus dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita memikirkan arti dan implikasi kekudusan bagi umat Israel sebagai yang digambarkan dalam pasal ini, maka kita juga didorong memikirkan cara bagaimana kekudusan harus dilaksanakan sekarang.
Secara manusiawi apabila kita disakiti, dijahati atau bahkan diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain, naluriah kita cenderung ingin melakukan pembalasan, kita marah, kesal dan menyimpan rasa dendam. Dendam di hati berasal dari si jahat dan sewaktu-waktu bisa meledak. Pada dasarnya balas dendam berasal dari ketidakmampuan seseorang untuk mengelola suasana hati dan kemarahannya, dan dendam pasti akan menyimpan rasa pahit, sakit hati dan kebencian terhadap orang lain.
Untuk lebih mudah kita pahami, ayat ini bisa dimengerti sebagai berikut: “JIka seseorang merugikan engkau, maka janganlah membenci dia secara rahasia dalam waktu yang panjang. Engkau harus menegor dia secara baik, dan jika tidak maka engkau harus bertanggung jawab sekurang-kurangnya sebagian jika dia bersalah lagi. Nasihat demikian penting dimana-mana, apalagi dalam pengadilan, sebab kebencian menjadikan keputusan yang adil menjadi sulit dan barangkali kejahatan si terdakwa tidak jadi jika dia ditegur sesudah dia bersalah dahulu”. Dari penjelasan ini dapat kita cermati bahwa lebih baik menegur daripada membenci dia karena kerugian yang didatangkannya atas diri kita. Jika kita melilhat sesama kita melakukan dan memperlakukan kita dengan tidak benar, janganlah kita diam-diam menyimpan dendam terhadapnya dan menjauhkan diri darinya. Janganlah pula membicarakan dia dibelakang seperti yang biasa dilakukan oleh orang yang pandai menutupi rasa tidak senang mereka sampai mereka beroleh kesempatan melampiaskan dendam dihatinya.
Sebaliknya kita lebih baik mengungkapkan kekesalan kita dengan kelembutan hikmat, berusaha menjelaskan saudara kita perihal kerugian yang ditimbulkannya, memperbincangkan perkara itu bersamanya dengan adil sehingga dengan demikian kita mengakhiri rasa kesal yang kita rasakan dari perbuatan sesame kita (Luk. 17:3).
Dari hal ini kita ketahui, sesungguhnya jika menyimpan rasa benci dan dendam terhadap orang lain, artinya kita belum bisa mengampuni kesalah orang lain maka Tuhan juga tidak akan mengampuni kesalahan kita (Mat. 6:14-15). Artinya dendam hanya akan mengahalangi doa-doa kita dan hubungan kita dengan Tuhan.
Kita harus memiliki perasaan yang baik terhadap sesame kita (Ay. 18). Ketika kita berbuat salah terhadap diri kita sendiri maka segera kita memaafkan diri kita dan hal itu tidak akan mengurangi kasih kita kepada diri kita sendiri. Demikian halnya dengan orang lain. Sebab Juruselamat telah menjadikan ini sebagai perintah utama kedua dari hokum taurat (Mat. 22:39). Rasul Paulus juga menyatakan bahwa inilah ringkasan seluruh hukum yang tertera di loh batu kedua (Rm. 13:91-0; Gal. 5:14). Kita harus mengasihi sesame kita dengan tulus tanpa sikap pura-pura. Kita harus membuktikan kasih kita terhadap sesame kita dengan cara memperlakukan mereka seperti kita memperlakukan diri kita sendiri (Mat. 7:12). Sebab dari ketiga hal itu, iman, pengharapan dan kasih yang paling besar diantaranya adalah kasih (1 Kor. 13:13).
Oleh sebab itu, tegurlah dia atas dosa yang telah diperbuatnya terhadap Allah, sebab engkau mengasihi dia, sesamamu. Amin.
Sumber: Disi Lestari Hutagaol, S.Ag