Renungan, 7 Februari 2022, Mazmur 37:7
Mazmur 37:7 “ Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.”
Sahabat Kristus, jika kita memperhatikan seluruh pasal 37, ada kompetisi atau persaingan antara orang percaya dengan yang tidak percaya. Memperhatikan kondisi dunia, maka seringkali orang-orang yang tidak percaya (fasik) menekan atau menyulitkan hidup orang beriman (orang benar). Orang orang fasik bergembira atas keadaan mereka yang nampaknya lebih baik dan menertawakan orang-orang benar yang lebih susah dan bisa mereka tindas. Keadaan itu tentunya sangat menyusahkan orang orang beriman.
Ayat 7 ini menjadi jawaban bagi orang orang beriman dalam menghadapi keadaan itu. Daud sebagai pemazmur sudah mengalami hal itu. Sebelum dia jadi raja, dia menghadapi kejaran raja Saul. Berulang kali dia akan dibunuh. Berulang kali juga dia harus melarikan diri. Daud bisa menghadapi keadaan itu dan akhirnya keluar sebagai pemenang dan sebagai yang benar. Kuncinya adalah Daud melakukan ayat nas renungan ini.
“Berdiam dirilah di hadapan TUHAN.” Kalimat ini bisa disimpulkan serta disejajarkan pengertiannya dengan satu kata “berdoalah”. Dari dulu sampai sekarang sangat sulit berdoa dengan tenang di hadapan Allah. Ditambah lagi dengan kecanggihan teknologi sekarang yang seolah memaksa kita agar berpikir dan bertindak cepat. Banyak orang Kristen sekarang berdoa sambil/bersamaan bekerja. Berdoa sambil makan. Berdoa sambil menyetir. Berdoa sambil menulis, dll.
Yesus sudah memberikan teladan waktu berdoa dengan berdiam diri di hadapan TUHAN. “Pagi pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Markus 1:35. Yesus mempunyai kesibukan pelayanan yang luar biasa tapi Dia tetap stabil dan berkuasa dalam pelayanan atau pekerjaan-Nya. Begitu juga dengan orang Kristen, bisa mengalami damai sejahtera dan kuasa Allah dengan cara berdiam diri di hadapan Allah.“dan nantikanlah Dia” artinya teruslah berdoa, teruslah percaya pada janji-janji-Nya. Teruslah percaya pada firman-Nya. Karena itu kebutuhan pokok bagi kita untuk memberi makan jiwa (roh) kita dengan firman-Nya.
Sahabat Kristus, sejenak kita melihat ke lubuk hati masing masing dengan pertanyaan: ”Pernahkah saya marah terhadap keberhasilan orang jahat?” Jika pernah, Stop. Ayat renungan hari ini mengingatkan kita agar “Jangan marah” karena orang fasik sebab hidup mereka nampak berhasil. Jangan marah artinya jangan kesal atau cemburu dan ingin seperti keadaan mereka. Khususnya, jangan kita ingin berhasil seperti mereka dengan mengorbankan kebenaran.
Sikap hati yang marah dan iri akan membuat kita tidak bisa berdoa dengan berdiam diri yang khusyuk di hadapan Allah. Nampaknya wajar jika kita marah pada orang yang menipu orang benar, tetapi hendaknya hal itu tidak memengaruhi waktu berdoa dengan sungguh-sungguh. Keadaan itu seharusnya dibawa kepada Tuhan dalam doa-doa kita. Jangan biarkan apapun itu yang bisa merenggut waktu kita untuk berdiam di hadapan TUHAN.
Sahabat Kristus tetaplah berdoa (1Tes 5:17) agar tidak marah melihat keberhasilan orang jahat dan dapat berdiri teguh di dalam Tuhan seperti yang dipesankan Paulus kepada jemaat melalui surat Efesus 4:1. Amin.
Sumber: Bvr. Theresnaria Yuliatur. Situmorang, S. Psi., M.Psi.