Renungan, Senin 02 Oktober 2023
(Matius 6:34)
Saudara terkasih dalam Yesus Kristus, salah satu sifat manusiawi yang sangat, sangat mengganggu kesejahteraan hidup, mengganggu kenyamanan tidur, kejernihan berpikir, pengambilan keputusan yang baik dan lebih parahnya lagi yang membuat kita tidak bersyukur dan putus asa adalah rasa kekuatiran. Kekuatiran yang membuat gelisah, yang mengganggu sukacita di dalam Allah, dan mengaburkan pengharapan kita di dalam-Nya, yang membuat kita ragu-ragu dan tidak percaya. Allah telah berjanji untuk menyediakan bagi umat kepunyaan-Nya segala hal yang diperlukan bagi kehidupan dan kesalehan, yakni bagi kehidupan sekarang ini.
Kekuatiran ini terbalik dengan iman. Kekuatiran dapat melumpuhkan iman kita dalam mengiring Yesus. Nah, kekuatiran yang berlebihan akan masa depan, dan ketakutan akan kekurangan bahan-bahan persediaan yang dibutuhkan, bersumber dari ketidakpercayaan akan janji dan akan hikmat serta kebaikan pemeliharaan Tuhan, inilah letak kejahatan kekuatiran itu. Seharusnya untuk masa depan, kita menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya, dan janganlah cemas. Biarlah jiwa kita berdiam dengan tenteram di dalam Dia. Yesus menekankan bahwa para murid-Nya tidak perlu terlalu mengkhawatirkan masalah yang belum terjadi. Lebih baik mereka mengatasi masalah yang sudah ada sehari demi sehari. Hal ini juga yang dikatakan kepada kita saat ini:
- Janganlah kuatir akan hidupmu. Saudara seiman dalam Yesus Kristus, hidup adalah hal yang paling menuntut keprihatinan kita di dunia ini. Jangan khawatir akan keberlangsungannya. Serahkanlah kepada Dia, sang pemilik kehidupan untuk memelihara hidup kita. Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, ada dalam tangan yang baik. Hidup kita merupakan berkat yang lebih besar daripada apa yang kita pikirkan kita butuh didunia ini, misalnya sandang dan pangan sebagaimana Yesus mengumpamakan dalam perikop ini.
TUHAN telah memberi kita hidup, dan juga memberi kita tubuh. Ini merupakan suatu tindakan kekuasaan, tindakan kebaikan, yang dilakukan tanpa kekhawatiran kita. Apa yang tidak dapat dilakukan oleh Dia yang sanggup melakukan itu semua? Apa yang tidak akan dilakukan-Nya? Jika kita memerhatikan jiwa dan kehidupan kita, yang lebih penting daripada tubuh dan kehidupan, maka kita dapat berserah kepada Dia untuk menyediakan makanan dan pakaian bagi kita, yang kurang penting sifatnya.
- Janganlah kamu kuatir akan hari besok, akan masa yang akan datang. Janganlah cemas akan masa depan, bagaimana engkau pada 3 hari yang akan mendatang, satu minggu, satu bulan, bahkan bagaimana engkau akan hidup tahun depan, atau ketika engkau sudah tua, atau apa yang akan kautinggalkan nanti. Sama seperti kita tidak boleh bermegah akan hari esok, begitu pula kita tidak boleh kuatir akan hari esok, atau apa yang bakal terjadi nanti.
Saat kita kuatir, kita sedang memandang sesuatu dari sudut pandang yang negatif. Semakin sering kita memikirkan atau membayangkan kekuatiran kita, maka akan semakin nyata kekuatiran itu di dalam pikiran kita. Padahal hal tersebut sama sekali belum terjadi, dan kemungkinan tidak akan terjadi. Apabila kita kuatir akan masa yang akan datang apakah bisa memperpanjang waktu kita? Apakah bisa memperpanjang hidup kita dan membuat kita bahagia? Seperti yang dikatakan dalam ayat 27. Sesekali tidak saudara seiman dalam Yesus, sebaliknya kehidupan manusia tidak dapat diperpanjang. Begitu juga menurut ilmu kedokteran bahwa kekuatiran memakan kesehatan dan memperpendek kehidupan.
kekhawatiran akan hari esok tidaklah perlu, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Hari esok, dan segala perkara di dalamnya, akan disediakan tanpa sepengetahuan kita, jadi untuk apa kita begitu mencemaskan apa yang telah diurus dengan demikian bijaksana? Ini bukan berarti kita tidak boleh membuat suatu rencana dan persiapan untuk masa depan. Tidak, kita hanya mau menghindari kecemasan yang menggelisahkan dan bayang-bayang akan segala kesulitan dan musibah yang mungkin tidak akan pernah terjadi, atau kalaupun terjadi, kita dapat menanggungnya dengan mudah dan keburukan yang ditimbulkannya dapat dihindari. Ini hanya berarti bahwa kita harus memikirkan kewajiban saat ini, dan menyerahkan segala peristiwanya kepada Allah; lakukanlah apa yang harus dikerjakan untuk hari ini pada hari ini, dan biarkan hari esok dengan pekerjaannya sendiri pada hari esok. Kita tidak perlu menumpuk beban dengan memikir-mikirkan masalah kita atau menambahkan berbagai kesusahan dari kejahatan hari esok ke dalam hari ini. Janganlah kita menarik semuanya sekaligus ke atas kita, kalau hal-hal itu telah diatur oleh Pemeliharaan Allah untuk dipikul bagian demi bagian.
Demikian, Tuhan Yesus menghendaki dan memerintahkan murid-murid-Nya untuk tidak menyiksa diri mereka sendiri, atau membuat perjalanan mereka di dunia ini menjadi lebih gelap dan lebih sengsara dengan mencemaskan berbagai masalah yang melebihi apa yang dikehendaki Allah dalam masalah itu sendiri. Melalui doa kita setiap hari, kita dapat memperoleh kekuatan untuk menopang kita dalam mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari, dan untuk mempersenjatai kita melawan godaan-godaan yang menyertainya, dan jangan biarkan hal-hal ini menggoyahkan kita. Bapa yang di sorga tahu, bahwa kita memerlukan semuanya itu, bahkan lebih dari itu semua seperti tertulis dalam 1 Korintus 2:9 “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Dia lebih mengetahui keperluan-keperluan kita daripada kita sendiri. Bapa yang di sorga memiliki segala persediaan di sana untuk memenuhi segala kebutuhanmu. Oleh sebab itu, buanglah semua kekhawatiran dan kecemasanmu itu, dan datanglah kepada Bapamu. Berhentilah kuatir atau mengimajinasikan hal-hal buruk tentang hidup kita. Di dalam Kristus, kita dapat berpegang teguh kepada pengharapan kita, sebab Dia, yang menjanjikannya, setia (Ibrani 10:23). Amin.
Oleh: Desi Lestari Hutagaol, S.Ag.