Renungan, 31 Oktober 2022
Khotbah Senin, 31 Oktober 2022
STB HKBP Laguboti
Oleh: Pdt. Yokan Bae Panjaitan, M.Th
Ev. : Wahyu 7:16
Ep. : Kis. 5:1-11
- Kj. 337 :2,3
- Kj. 438 : 1,3
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus!
Wahyu 7 : 16 “Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi”. Kata Lapar πεινά dan dahaga διψήσο (haus, thirst KJV) menggambarkan keadaan manusia yang mengalami kondisi yang krisis. Mengapa manusia bisa kelaparan disebabkan kondisi ekonomi yang tidak stabil, atau masa paceklik atau bahan pangan yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah penduduk lebih besar. Dalam hal ini lapar lebih condong dalam konteks kemiskinan secara ekonomi (miskin: penes) Mengapa orang bisa dahaga? Mungkin kondisi tubuh manusia yang kurang sehat atau kesehatannya terganggu karena teriknya matahari dan persediaan air minum bersih tidak memadai atau sulit didapatkan. Atau seseorang sedang berjalan di tengah padang gurun yang disinari terik matahari menimpa mereka. secara kiasan, mereka yang dikatakan haus yang merasakan sakit karena keinginan mereka , hal-hal yang dengannya mereka jiwanya disegarkan, merasa didukung,dan dikuatkan jiwanya. Dengan perkataan lain teks ini menggambarkan bagaimana suasana yang membuat manusia menderita, sengsara dan tersiksa secara lahir dan bathin itu tidak akan mereka alami lagi. Kehidupan yang penuh kebahagiaan lahir batin menyelimuti mereka sepanjang hidupnya. Pertanyaannya Bagaimana itu bisa terjadi? Dan Kapan itu kita alami? Teks kita adalah sebuah janji yang disampaikan oleh Yohanes murid Yesus yang dibuang ke pulau Patmos kepada jemaat Kristus yang mengalami penderitaan, disiksa dan dibantai oleh karena imannya. pada masa kekejaman kaisar Nero (tahun 64) Teks ini merupakan janji dan penghiburan bagi umat-Nya yang setia dan taat kepada Tuhan Yesus sebagaimana digambarkan oleh Yohanes dalam pasal 7 :9 yakni mereka kumpulan besar orang yang mengenakan jubah putih. Dan dalam ayat 14 jubah στολάϛ (jubah megah apa pun, biasanya panjang, mencapai kaki atau menyapu tanah, sering dipakai oleh wanita). putih λευκάϛ (bercahaya, putih , light, bright) oleh karena mereka telah mencuci nya dalam darah Anak Domba. Jubah putih yang melambangkan pakaian yang melekat pada tubuh mereka sebagai tanda kepolosan dan kemurnian jiwa. Dengan demikian, Mereka yang yang sudah terbebas dari keinginan daging, yang terbebas dari roh-roh dunia ini yang mengikat jiwa mereka. Mereka yang berjubah putih bukan berarti tidak pernah mengalami cobaan tantangan tetapi mereka sudah melewatinya dan terbebas dari rasa takut, kekuatiran nafsu dunia ini yang mengalahkan imannya kepada Tuhan.
Bagaimana dengan kita sebagai mahasiswa, tenaga pendidik dan pengajar yang terpanggil apakah kita sudah menyucikan jubah kita dalam darah Kristus? Masihkah kita orang-orang yang terkurung dalam pakaian duniawi yakni masih terbelenggu dengan roh-roh zaman yang menguasai kita yakni hawa nafsu, kekuatiran, ambisi, egois, sombong suka meninda yang lemah. Hari ini tepat kita merayakan pesta tahun reformasi. Reformasi artinya pembaharuan beratai menuntut sebuah pembaharuan hidup yang berefek kepada perubahan keadaan di sekitar kita yang membebaskan, melepaskan orang dari ketertekanan dan keterbelakangan baik di dunia Pendidikan dan masa kegelapan pengetahuan teologi dan memperbaharui masyarakat sekitar kita dengan mind set yang membangun kehidupan moral yang takut akan Tuhan. Oleh karena itu, teks kita menyerukan kepada kita untuk selalu setia dalam iman percaya, bahwa Tuhan Allah akan selalu mengubah hidup yang penuh dari “air mata” kepada “Air Kehidupan” yaitu Kasih dan Keselamatan Kekal abadi. Penglihatan Yohanes meneguhkan umat-Nya, bahwa keadaan yang hina dan hancur yang sebelumnya menimpa mereka. Mereka telah melewati kesusahan besar menjadi kehidupan yang baru, jiwa yang penuh semangat. Jalan menuju kebenaran melewati banyak kesusahan. Tetapi kesusahan tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah. Segala air mata dengan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus adalah sebuah perjalanan atau pengalaman spiritual manusia, namun itu sebuah proses yang dipersiapkan menuju kebahagiaan sebagaimana yang tertulis di alam Mazmur 126:5-6 “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya”. Seperti slogan kehidupan Life is struggle : Hidup adalah perjuangan. Mari bersama menerima dan menikmati bahagia dalam Mata Air Kehidupan-Nya di ‘kampus biru’ ini kata mahasiswa STB HKBP, setialah percaya dan melayani Allah dan berjuang bersama , bergandengan tangan meraih kesuksesan meski tidak sedikit air mata menetes karena perjuangan; kurang tidur, tugas yang dikejar deadline belum lagi kewajiban hidup berkampus itu semua bagian dari pembentukan karakter! Sebagai mahasiswa calon pelayan yang kelak akan menghadapi tantangan yang berat dan tentu diharapkan anda tidak terkejut menghadapinya . Tantangan atau kesulitan apa pun kita alami mari kita tetap setia kepada Allah dan tetap melayani-Nya dengan tulus dan ikhlas. Kiranya Tuhan menguatkan kita. Amin